Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

RD-ku Sayang, RD-ku Malang

18 Januari 2012   20:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:42 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi football lovers se-Indonesia semuanya, sebelum mata ini terpejam untuk istirahat, lebih baik PSK menumpahkan dulu coretan update sepakbola Indonesia. Sebelumnya, marilah kita simak kisah humor dibawah ini terlebih dahulu. Kisah ini diceritakan beberapa tahun silam di sebuah desa yang terletak di ujung Sampit sana saat bergolak kerusuhan. (tenang aja jek, ini gk membahas SARA, silahkan ambil sendiri humornya, kalo gk lucu kirim cendol ke ane aja ya)

Bubup : "Jadi ente pilih gimana, membela sodara-sodara ente Madura atau membela temen seperjuangan ente yang orang Sampit?"

Yopie : "Ahh, ane ini nasionalis, ane purnawirawan. Jelas ane mementingkan kepentingan nasional"

Bubup : "Maksud ente?"

Yopie : "Ya ane pilih semuanya atau nggak pilih semuanya, ini demi keadilan. Madura leluhur ane, dan Sampit perjuangan ane. Semuanya demi nasionalis"

Bubup : "Hmmz, masuk akal. Keputusan ente sich ane rasa tepat, mending ente menenangkan diri aja, nggak usah ikut polemik ini biar nggak makin memperkeruh suasana"

Yopie : "Ya begitulah, ane mau menenangkan diri jauh dari kedua pihak yang terlibat"

Bubup : "Sipp! Terus ente mau tinggal dimana sekarang, ke Jakarta aja yang jauh dari konflik?"

Yopie : "Nggak sich, ane akan tinggal sama temen-temen seperjuangan ane di Sampit"

Bubup : "Tinggal sama mereka? €&?£%*:@€"

Yopie : "Iya, emang kenapa?"

Bubup : "Buat menghindari konflik secara langsung, masih banyak tempat seperti Jakarta, Jogja, Bandung, dll, eeeh ente malah memilih tinggal di salah satu pihak? Ckckck"

* * * * *

Masih terbayang di ingatan kita tentang sosok Rahmad Darmawan yang mampu memberikan warna tersendiri di timnas U-23 pada ajang Sea Games, November lalu. Ketegasan dan kekeluargaan yang menjadi ciri khas gaya melatihnya, dapat diaplikasikan dengan baik oleh semua pihak, baik itu pemain maupun offisial tim. Ketegasan dan kekeluargaan yang berujung pada kebersamaan untuk bahu-membahu memberikan yang terbaik demi bangsa ini. Atmosfer seperti ini pula yang tercipta saat dirinya sempat menangani Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC. Praktis, sangat jarang (atau hampir gk ada) yang meragukan kredibilitasnya sebagai arsitek sebuah tim. Meski pada akhirnya timnas hanya meraih medali perak di Sea Games setelah kalah adu penalti di final lawan Malaysia, banyak orang di negeri ini memberi apresiasi setinggi-tingginya atas dedikasinya membangun timnas U-23 dalam waktu yang sangat mepet.

Namun pasca Sea Games, RD menyatakan mundur dari jabatannya sebagai pelatih kepala timnas, dengan alasan tak mampu memenuhi target merebut medali emas (yaah, yang namanya media pasti ingin berita heboh dong, masa cuma gitu doang). Akhirnya RD memberi pernyataan juga, "Sulit untuk seorang pelatih untuk membentuk sebuah tim sesuai kemampuannya jika ada batasan-batasan. Bagaimanapun, pelatih harus mendapatkan wewenang penuh, kewenangan yang mutlak, untuk memilih pemain," kata RD, merujuk pada surat FIFA yang melarang penggunaan pemain timnas dari liga yang tidak resmi dibawah FIFA, tentu saja ini terkait dengan dualisme kompetisi yang ada di tanah air. (kompas.com)

Tampil di beberapa acara televisi, RD mengatakan ingin istirahat sejenak dan tidak mau ikut berpolemik atas dualisme ini. Meski langkah ini sangat disayangkan oleh banyak pihak, mengingat kontraknya menangani timnas masih hingga 2013, toh pada akhirnya mau tak mau semua pihak menghargai keputusannya yang tak mau terlibat dalam konflik dualisme.

Namun keadaan kini seperti berbalik 180 derajat, RD kini "banting stir" dengan menerima tawaran untuk melatih klub Pelita Jaya, klub yang berlaga di turnamen yang tidak diakui oleh PSSI/AFC/FIFA. Dessss, gubrak (asbak gue gk sengaja kesenggol jatoh). Keputusan RD ini sontak secara langsung beliau sudah memasuki pusaran konflik dualisme. Karena melatih sebuah klub, baik klub dari IPL (resmi afiliasi FIFA) maupun klub ISL (resmi versi VIVA), maka secara langsung akan terlibat dalam kecenderungan untuk membela kubunya, terutama dalam hal sikap.

Dari kisah humor di awal tulisan ini, apa pesan moralnya bro? Ya terserah ente ente buat menyikapinya secara pribadi sich, cuma kalo dari investigasi PSK, didapat kesimpulan bahwa "bila kita memutuskan untuk tidak ikut memperkeruh konflik, alangkah baiknya bila kita tidak berpayung kepada salah satu pihak yang sedang berkonflik". Masih banyak tempat untuk "ngadem" sambil memantau keadaan mereda, bukankah RD mengatakan suatu saat ingin kembali ke timnas? Kembali lagi kepada pilihan, meskipun pilihan sangat bertentangan dengan apa yang pernah diucapkan, namun itulah jalan pilihan RD. Terimakasih RD atas dedikasimu di Sea Games.

"Udah mas Bup, ente gk usah mewek"
(bukan mewek, tapi mau nonton el clasico tapi ngantuk)

* * * * * * * * * * *

~~{[["P.S.K"]]}~~
Pengamat Sepakbola Koplaksiana
"Terkoplak Mengabarkan"

oleh : Bubup Prameshwara, SH (Specialis Humor)
Peraih gelar Humoris Causa dari UGM (Universitas Genteng Merah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun