Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Antara Jokowi, Djohar Arifin, dan Pencitraan

15 Januari 2012   18:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabar sobat olahraga semuanya, sehatkah anda hari ini? Cuaca sedang nggak menentu jek, perlu kita menjaga kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup agar kondisi tubuh bisa lebih fit beraktifitas. Perlu juga diimbangi dengan olahraga, meski hanya sekedar peregangan otot 5-10 menit, yaa cukuplah. Karna men sana in corpore sano (ehh bener gk tuh nulisnye), di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat, di dalam jiwa yang sehat terdapat pikiran yang koplak (nah loh).


Menarik banget melihat pemberitaan tentang mobil type SUV dari Kiat Esemka. Mobil hasil kreasi anak-anak SMK di Solo ini begitu menyita publik karena Walikota Solo, Joko Widodo sangat mendukung kreatifitas pelajar ini. Bahkan Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo, bukan panggilan gue) sangat mendukung apabila mobil ini diproduksi secara massal. Anehnya, tak sedikit pula cibiran yang ditujukan kepada Jokowi. Dari Walikota Semarang, Gubernur Jawa Tengah, hingga Gubernur DKI Jakarta pun terkesan menganggap apa yang dilakukan oleh Jokowi ini hanyalah cari muka dan pencitraan diri saja. Ckckck, mungkin inilah yang bisa kita lihat sebagai bentuk iri hati karena kalah prestasi, sehingga untuk mentupi malu atau pembenaran diri pribadi lantas mengeluarkan pernyataan seperti itu.


Djohar Arifin, ketum PSSI hasil KLB di Solo tahun lalu, dalam beberapa bulan dirinya menjabat telah digoyang oleh orang-orang dari pengurus lama yang tidak legowo kepengurusannya dibekukan oleh pemerintah dan kemudian didukung oleh FIFA. Hingga lahirnya KPSI yang selalu makin gencar menyerang PSSI, namun PSSI malah justru membiarkan serangan ini sesuai alur yang dimainkan KPSI. Djohar Arifin tidak selalu menanggapi secara frontal apa yang dilontarkan oleh kubu KPSI, Djohar malah memfokuskan diri untuk lebih bekerja keras membangun sepakbola agar lebih baik, daripada meladeni omongan kubu yang bersebrangan. Yang terbaru, Djohar telah menancapkan tonggak sejarah baru dengan menggandeng BPKP sebagai mitra demi transparansi di tubuh PSSI. Tak hanya itu, pembinaan usia dini dan liga amatir pun digenjot agar ikut andil dalam menyumbang kemajuan sepakbola nasional. Tapi apa? Langkah-langkah brilian Djohar Arifin yang sangat mustahil dilakukan oleh kepengurusan periode sebelumnya ini ternyata mendapat tanggapan yang sinis oleh kubu KPSI dan orang-orang yang ada di dalamnya. Sangat disayangkan ternyata langkah ini dianggap sebagai langkah cari muka atau ajang pencitraan diri.


* * *


Dari kedua contoh sosok diatas dapat kita simpulkan bahwa suatu niat baik belum tentu mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan, ada saja pihak yang merasa gerah akan sikap dan malah menuding apa yang diperbuatnya adalah sebuah kamuflase demi pencitraan semata. Tentu saja yang menuding seperti ini belum tentu bisa berbuat hal yang sama bila seandainya ada di posisi yang sama, karena ada prestasi yang "jomplang" (haduh, bahasa planet mana tuh gan?) maka dilemparkanlah sebuah serangan guna menutupi kekurangan dari dirinya pribadi atas keberhasilan orang lain atau pesaingnya.


Sebenarnya secara sederhana kita dapat membedakan mana yang sekedar pencitraan dan mana yang benar-benar niatan yang tulus. Seperti Jokowi, tak hanya bangga saja terhadap mobil Kiat Esemka, tapi juga berperan aktif ikut mendukung dan memberi fasilitas, terutama apa yang menjadi kendala pengembangan mobil ini seperti perijinan dan lain sebagainya. Dan yang lebih penting, Jokowi bukan sekedar "bintang iklan" mobil ini, tapi juga dengan langkah nyata ikut menggunakan mobil ini sebagai mobil dinasnya. Bayangkan, sebuah mobil Toyota Camry yang harganya tentu diatas 300juta, ternyata beliau lebih memilih Kiat Esemka seharga 90juta-an ini. Begitu pula dengan Djohar Arifin, bukan hanya sekedar janji-janji bualan yang tertera dalam program saja, tetapi langsung diaplikasikan dalam tindak nyata. Aksi nyata inilah yang harus menjadi fokus utama, daripada harus membahas segala tetek-bengek hal yang berbau teoritis.


Dari aksi nyata kedua sosok diatas, satu hal yang sangat penting dalam hal membedakan mana yang cari muka dan mana yang bukan. Hal penting tersebut adalah BERKESINAMBUNGAN. Apakah anda ingat dengan pejabat-pejabat dan tokoh politis saat jelang pemilu selalu rutin datang ke acara pengajian kampung? Ikut berjubel masuk pasar? Ikut terjun ke sawah yang berlumpur? Apakah setelah pemilu mereka tetap melakukan hal yang sama? Nah, anda bisa menyimpulkan sendiri mengenai "berkesinambungan" sebagai faktor pembeda.


"Mas Bup, ente posting ginian cuma cari muka aja ya?"


"Hah, ngapain gue cari muka? Mending gue cari duit"

Selamat pagi, selamat menunggu Derby Milano ☺


* * * * * * * * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun