Qomar dan Joni hanya bisa saling berpandangan, tak tau harus bagaimana menyikapi keadaan ini. Padahal komandan sudah menginstruksikan Qomar dan Joni untuk melakukan penyelidikan di TKP korban pembunuhan. Sebuah ruko dua lantai terlihat kokoh menjulang dengan hiasan pita Garis Polisi warna kuning dengan tulisan warna hitam berisikan kalimat "POLICE LINE - DO NOT ACCROSS". Begitu masuk ruko, keadaan menjadi lain, perabotan seperti meja dan kursi terlihat sangat berantakan, kaca-kaca juga berhamburan pecah dimana-mana, bekas darah masih terlihat berceceran mulai mengering.
Qomar dan Joni cuma bisa jongkok di dalam ruko sambil menggunjingkan sang komandan. Kedua polisi ini tidak mau masuk ke dalam sebuah ruangan yang berada di ujung, tempat dimana korban pembunuhan berada. Sudah lebih dari satu jam mereka berdua terpaku tanpa tindakan suatu apa, jangankan memeriksa, mendekat ke ruang itu pun tidak. Meski Joni orangnya penakut, tapi seharusnya dia tidak se-paranoid seperti itu karena ini adalah siang hari. Tak lama kemudian, komandan pun telefon ke handphone Qomar.
"Manuke, manuke cucakrowo. Cucakrowo dowo buntute, buntute sing akeh wulune....", bunyi nada dering handphone Qomar. Qomar pun lalu mengangkatnya dan kemudian di-loudspeaker agar Joni juga bisa menyimak pembicaraan dengan komandan.
"Halo Mar, gimana, udah beres?", tanya komandan dari seberang telefon dengan nada tegas.
"Maaf Ndan, sudah satu jam kami disini tapi kami belum melakukan investigasi apapun", jawab Qomar dengan was-was.
"Gimana sich, gitu aja gak becus!", sahut komandan dengan nada tinggi.
"Sekali lagi maaf Ndan, kami tidak bisa masuk ke ruangan tempat dimana mayat korban pembunuhan itu Ndan", makin berdebar-debar pula Qomar dan Joni menghadapi keadaan ini.
"Memangnya kenapa? Bukankah kemarin pintu itu sudah didobrak? Kenapa kalian tidak bisa masuk? Kaliankan polisi kiriman dari ibukota, masa hal sepele gitu aja gak bisa sich!", komandan sudah mulai naik darah atas jawaban yang diberikan oleh Qomar.
"Masalahnya gini Ndan. Di pintu ruangan itu ada tulisan SELAIN KARYAWAN DILARANG MASUK, kami kan polisi taat hukum, jadi kami putuskan untuk tidak memasuki ruangan itu, Ndan", jawab Qomar berapi-api selayaknya polisi yang mengemban tugas negara.
"€~!+&%^^:@?¥"
"Oiya Ndan. Kesimpulan kami, orang yang mati ini adalah bos pemilik ruko ini. Jadi dia mati dibunuh karyawannya sendiri. Salah si bosnya sendiri sich, udah tau kalau 'selain karyawan dilarang masuk', eeeeh si bosnya malah nekat masuk. Jadi karyawan marah lalu membunuh bosnya", timpal Joni ikut membela Qomar, rekan sejawatnya.