Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

ANTV, Paling Jago Menjadi "Kompor"

2 Desember 2011   20:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:54 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski beberapa minggu yang lalu antv seringkali sudah tutup tanpa menayangkan Lensa Olahraga Malam (gak punya berita kale gan), semenjak jelang laga Indonesia Super League maka tayangan ini dapat kita saksikan kembali menghiasi acara dini hari. Di media-media online, entah berapa banyak yang mengkritik program-program tayangan dari antv, entah mengapa pula sepertinya hal itu tak membuat pihak antv berkoreksi diri dan selalu saja mengulang kesalahan yang sama (atau emang sengaja gan?).

Berhubung artikel ini masuk sub-kanal bola, maka disini saya tidak akan membicarakan tayangan kuis tak bermutu, tayangan musik lebay, maupun tayangan (yang katanya) reality show tapi ternyata sebuah sinetron. Ada satu hal penting dan satu hal tambahan yang sangat-sangat menciderai semangat jurnalistik dalam pemberitaan yang dipublish antv, terutama acara Lensa Olahraga.

Hal yang sangat ironis adalah, antv ikut masuk dalam pusara konflik dan kemelut yang terjadi di tubuh persepakbolaan tanah air. Sama halnya dulu ketika mati-matian membela Nurdin Halid dengan selalu menayangkan berita bagus yang dapat menaikkan pamor Nurdin Halid dan kelompoknya, ditambah sama sekali tidak mau menayangkan hal-hal bagus dari kubu yang bersebrangan. Secara langsung dan tak langsung, sudah jelas sikap seperti ini berarti menciderai semangat dan etika jurnalistik yang netral dan independen. Masyarakat yang menunggu informasi perkembangan sepakbola tidak akan bisa melihat dari dua sisi mata uang bila menyaksikan program Lensa Olahraga. Contoh :

1. Alih-alih memberitakan surat dari Kemenkumham mengenai saham 99% yang dimiliki oleh PSSI, antv lebih memilih memberitakan Djoko Driyono yang menyatakan bahwa saham telah dialihkan dari PSSI kepada si A, si B, si C. Dan lebih anehnya, yang dikatakan oleh Djoko Driyono sama sekali bertolak belakang dengan data yang ada pada Kemenkumham. Secara langsung, maka antv telah menciptakan aroma pertikaian dengan pemberitaan yang ditampilkan seperti ini. Sungguh ironis.

2. Alih-alih mewawancarai ketua umum BOPI yang merupakan pangkat tertinggi dalam kepengurusan BOPI, antv lebih memilih menayangkan ocehan ngawur dari ketua harian BOPI yang tentu saja menguntungkan kubunya. Setiap hal yang akan merugikan kubunya, boro-boro disentuh, didekati pun tidak.

3. Alih-alih memastikan apakah anggota exco benar-benar menjalankan tugasnya seperti rapat dan berpikir keras mewujudkan solusi, tapi antv lebih menampilkan berita mengenai kengototan anggota PSSI yang dinilai akan menguntungkan kubunya. Ada celetukan dari tetangga yang nongkrong di warkop "Buset, tuh orang koar-koar mulu di antv, emang sekarang lagi libur kerja ya? Anggota exco yang lain kan pada rapat tuh".

Tentu saja tiga contoh diatas hanyalah sebagian dari beberapa keanehan pemberitaan yang ditampilkan antv. Coba kita bandingkan sejenak mengenai running text di metrotv, hasil dari laga IPL maupun ISL dipastikan menghiasi tulisan yang selalu berjalan di metrotv. Bagaimana dengan antv? Sudah dapat dapat ditebak, antv tidak akan sudi menuliskan hasil laga IPL dalam running text. Jelas sekali sarat adanya kepentingan yang bermain dalam trik seperti ini. Mengenai liputan olahraga, coba kita bandingkan dengan Sport7 atau MetroSport, kedua program dari dua stasiun swasta yang berbeda ini selalu memberitakan perkembangan bola kita secara aktual, faktual dan berimbang. Bagai langit dan bumi bila harus membedakannya dengan tayangan Lensa Olahraga di antv yang berisikan berita-berita pesanan yang hanya menguntungkan kepentingan kelompoknya saja.

Peran media (acara olahraga) kini telah bergeser dari yang bertujuan menjembatani dan melempar informasi dari pelaku olahraga kepada masyarakat luas, menjadi menjembatani dan memuluskan kepentingan yang terselubung. Dimanakah kerja komite penyiaran kita? Jelas-jelas kode etik jurnalis independen tidak dapat kita lihat bila menyaksikan tayangan seperti ini, sedangkan komite penyiaran seakan tutup mata terhadap hal-hal yang sangat mungkin menimbul kan konflik.

Hal tambahan terakhir, THE LAST BUT NOT LEAST. Dalam berbagai kesempatan, kita dapat melihat di antv sering sekali menayangkan propaganda untuk memuluskan kepentingan. Kita bisa lihat Diego Michiels, Bambang Pamungkas, Okto, Greg Nwokolo, Zulkifli Sukur dan beberapa pemain lain yang diajak ke ranah propaganda dengan mengiklankan "saksikan kami di ISL, hanya di antv". Kita tak dapat menyalahkan pemain tersebut, sangat wajar bila pemain akan loyal terhadap klub yang dibelanya, namun yang pantas disayangkan adalah sikap antv yang membungkusnya sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai alat penggiringan opini publik. Itulah mengapa saya suka sekali menonton Lensa Olahraga antv, soalnya banyak sekali hal-hal lucu dalam program acara ini :D

* * * * * * * * *

~~{[["P.S.K"]]}~~
Pengamat Sepakbola Koplaksiana

oleh : Bubup Prameshwara, SH
(Specialis Humor)
Peraih gelar Humoris Causa dari UGM (Universitas Genteng Merah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun