Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(PARADOKS) Balada Olahraga Tendang Bola Api di Kerajaan Statutman

24 April 2011   04:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Dan, ketuanya adalah Hurdin Nalid", pembawa acara mengumumkan hasil rekapitulasi dengan berapi-api.

"Hidup Hurdin"
"Hidup Hurdin"
"Hidup Hurdin Nalid"
yel-yel kemenangan pun digelorakan oleh kubu pendukung Hurdin Nalid

"Baiklah, dengan dikukuhkannya saudara Hurdin Nalid, semoga olahraga tendang bola api kita semakin marak dan menghasilkan olahragawan yang berkualitas" tutup pembawa acara.

* * *

Memang, olahraga tendang bola api sangat digemari oleh sebagian besar rakyat Kerajaan Statutman. Acara olahraga yang digelar setiap tahun oleh raja Blatawarman ini sangat digemari oleh rakyatnya. Tak heran tiap penyelenggaraan turnamen tendang bola api selalu dibanjiri rakyat yang menyambut dengan sangat antusias. Turnamen yang digelar selama 6 bulan tiap tahunnya tersebut diikuti oleh ratusan tim dari Kerajaan Statutman dan beberapa tim undangan dari kerajaan tetangga. Dalam penyelenggaraan turnamen tersebut diketuai oleh panitia yang ditunjuk tiap tahunnya, dan ini adalah kali ke-8 Hurdin Nalid terpilih sebagai ketua turnamen tendang bola api.

Sungguh senang sekali dirinya, setelah menjadi ketua turnamen tendang bola api yang ketiga kalinya atau lima tahun yang lalu, Raja Blatawarman menganugerahi dirinya dengan gelar Adipati dan diberi fasilitas berupa tanah seluas seratus patok.

* * *

"Adipati Hurdin, ini ada seribu keping emas. Biasalah, saya ingin tim kami bisa menjadi juara turnamen tendang bola api untuk kelima kalinya" kata Adipati Brastaman dari Kadipaten Perseratra.

"Bisa diatur" jawab Adipati Hurdin Halid dengan singkat.

"Baiklah, tolong pemberian alakadarnya dari kami ini diterima" papar Adipati Brastaman.

"Ya sudah, sana biar saya atur sendiri. Pokoknya terima beres saja" jawabnya dengan agak ketus.

Setelah Adipati Brastaman pergi, Hurdin Nalid pun tertawa lebar sambil memandangi seribu keping emas yang didapatnya.

"Haduuuh, pada bego-bego amat sich rakyat disini. Gue kibulin aja pada nurut semua, hahaa" Hurdin Nalid berkata pada dirinya sendiri.

* * *

Memasuki bulan keenam turnamen, maka makin dekatlah dengan partai puncak (final) yang sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat Kerajaan Statutman. Dari pria, wanita, tua, muda, semua tumpah ruah di alun-alun kerajaan, meski untuk menyaksikan 3 pertandingan puncak harus mengeluarkan hingga banyak keping keteng.

Kini tinggal 4 tim yang tersisa, 2 akan bertanding dan pemenang dari kedua pertandingan ini akan bertanding di partai puncak. Pada pertandingan pertama tim dari Kadipaten Barata berhasil mengalahkan tim undangan dari Kerajaan Singapurna. Tim tendang bola api dari Kadipaten Barata memang menjadi tim yang sangat mengejutkan, di pertandingan awal pun tim ini berhasil mengalahkan lawan-lawannya dengan mudah.

* * *

Tiba saatnya pertandingan pra-puncak yang kedua, juara bertahan 4x tim tendang bola api dari Kadipaten Perseratra melawan tim dari Kadipaten Bogodono. Sungguh diluar dugaan, disaat tim Bogodono sementara unggul, tiba-tiba panitia turnamen menghentikan pertandingan dan memutuskan memenangkan tim Perseratra karena tim Bogodono dianggap menyalahi aturan. Pendukung tim Bogodono pun tidak terima, mereka menganggap keputusan tersebut terlalu dibuat-buat. Maka terjadilah aksi rakyat besar-besaran menentang keputusan tersebut. Namun dengan kesigapan prajurit-prajurit yang dikerahkan Hurdin Nalid, aksi tersebut dapat dibubarkan.

* * *

Pertandingan puncak pun dimulai, tim dari Kadipaten Barata melawan juara bertahan Kadipaten Perseratra. Pertandingan tendang bola api pun berjalan alot, suasana malam pun terdengar hingar-bingar karena adanya pertandingan puncak ini. Kedudukan masih sama kuat, hingga menjelang pertandingan usai pemimpin pertandingan mengeluarkan keputusan yang merugikam tim Barata. Pemain Barata dianggap melakukan provokasi sehingga pemimpin pertandingan memberi angka untuk tim Perseratra. Aksi rakyat pun tak terbendung, pendukung tim Barata maupun penonton acara pun juga tidak terima dengan keputusan tersebut karena jelas-jelas pemimpin pertandingan berlaku tak adil. Pemimpin pertandingan yang ditangkap rakyat dan sempat babak belur dihajar ini pun mengakui bahwa ini semua perintah Adipati Hurdin Nalid. Akhirnya rakyat pun bersatu menangkap Hurdin Nalid beserta antek-anteknya kemudian dihadapkan kepada Raja Blatawarman untuk diadili. Raja Blatawarman pun mengadilinya, berdasarkan bukti dan saksi maka Hurdin Nalid pun dinyatakan bersalah dan dihukum penjara seumur hidup.

"Lepaskan saya, lepaskan saya, lepaskaaaan" teriak Hurdin

"Ayo cepat, kalau gk mau nanti saya seret kepenjara" balas seorang prajurit dengan garang.

"Lepaskan, lepaskan saya"

. . . .

"Udiiiiiiin"
"Ngelamun aja kerjaan kau ini, buruan mandiin kambing, jangan kebanyakan menghayal" teriak ibunya Udin

"Saya lagi menghayal bikin cerita buat paradoks kompasiana mak"

"Sudah, buruan. Emak gk mau tau kompas-kompas apaan tuh"

"Iya maaaak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun