Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hati-hati "Aksi Cap Jempol Darah" Rawan Penularan HIV

23 Maret 2011   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"CAP JEMPOL DARAH DUKUNG TOKOH SI-A"

"GERAKAN CAP JEMPOL DARAH REFORMASI"

"SERIBU CAP JEMPOL DARAH MELAWAN TOKOH SI-B"

"GALANG CAP JEMPOL DARAH MENENTANG KEPUTUSAN ANU"

(dan masih banyak lagi serangkaian aksi-aksi demonstrasi yg disertai dengan cara cap jempol darah ini)

Terlihat "wah" memang aksi ini, karna mau tak mau masyarakat dibuat "seolah" menganggap aksi itu adalah bentuk pengorbanan pendemo untuk tujuan yg dimaksudkan dalam demonstrasi.

Terlepas dari hal itu, (karna saya belum pernah mengikuti aksi cap jempol darah seperti itu) saya sempat bertanya-tanya dalam hati.
1. Dengan menggunakan apa mereka melukai jempol sehingga darahnya keluar ?
2. Apakah alat untuk melukai jempol itu tiap orang bawa sendiri-sendiri, ataukah satu buat rame-rame ?
3. Apakah spanduk (biasanya warna putih) benar-benar higienis ?

Itulah pertanyaan besar saya melihat aksi seperti itu. Karna itu aksi massal maka saya pun mencoba menduga dan menjawab tiga pertanyaan yg saya ciptakan sendiri (nanya sendiri jawab sendiri, hehee)

1. Menggunakan benda tajam sejenis silet/paku (gk tau siletnya higienis atau enggak)
2. Paling koordinator aksi demo cuma menyiapkan sekitar 5-10 alat sebagaimana dimaksud poin pertama.
3. Kemungkinan besar spanduk itu tak higienis, karna biasanya aksi-aksi tersebut diadakan diluar ruangan.

Setelah saya bertanya-tanya dan menjawab pertanyaan saya sendiri, kemudian sekarang giliran saya juga menanggapinya.
(eh buset dah, nanya sendiri, jawab sendiri, ditanggepin sendiri)

"waaah, kalo dipake rame-rame tuh bukannya rawan kontak darah tuh :O
Apalagi seandainya salah satunya kena HIV positif, bakalan bisa menyebar dengan mudah tuh. Sama aja seperti menggunakan jarum suntik bersama-sama. Terus ditambah juga dengan spanduknya tuh, bermacam-macam darah pada nempel semua disana".

Saya jadi teringat beberapa waktu yg lalu saat bertemu Agus Widanarko koordinator Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sukoharjo, yg menceritakan pertemuannya dengan Komite Perlindungan Aids (KPA) Sukoharjo. Dia menceritakan bahwa di Kabupaten Sukoharjo ada salah satu penderita HIV positif (identitas dirahasiakan) yg saat itu belum diketahui penyebabnya. Setelah dinyatakan bahwa positif mengidap HIV dia begitu kaget karna dia mengaku tidak pernah menggunakan narkoba dan juga tidak pernah "jajan" diluar. Setelah KPA menelusuri rekam jejak riwayat si orang ini dan mencoba mengingatkan dia untuk kembali melihat ke masa lalunya. Barulah si orang ini menyadari kemudian menceritakan bahwa di masa lalu dia pernah berkelahi dengan seseorang sampai lawannya itu berdarah-darah. Dia juga sampai berdarah di sekujur kepalan tangan dan bagian lain. Dan KPA pun menyimpulkan bahwa penularan HIV-nya itu melalui pembuluh darah yg ada di dekat jari.

Entahlah, apakah aksi itu memang seperti yg ada di pikiran saya. Kalo seandainya iya, sangat disayangkan sekali karena daripada melakukan hal yg sangat membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain mending digunakan untuk donor darah saja, lebih berguna :)

Salam peduli dari BNK

YES WE CARE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun