Peringatan: Tulisan ini sepenuhnya subyektif, dibuat tanpa pengetahuan mendalam tentang timnas dan PSSI. Dibuat semata karena kegeraman mata awam saya.
Saya ingin memulai dengan unpopular opinion:Â bagi saya pemain diaspora sudah kebanyakan untuk mengejar prestasi yang ketinggian. Katakanlah saya picik dan ketinggalan zaman. Saya tak melihat keadilan dalam pemilihan pemain timnas kita. Dulu kita mendengar nama-nama semacam Adolf Kabo, Boaz Salosa, Bambang Pamungkas, I Made Pasek Wijaya; nama yang lekat dengan kebhinekaan kita. Nama yang menggambarkan betapa bakat sepakbola diburu ke segala penjuru Indonesia.
Saya bingung, sungguh bingung, melihat kita (dan juga saya tentu saja) mengelu-elukan kepiawaian Justin Hubner, Rafael Struick, Thom Haye pun Jay Idzes dan pemain diaspora lainnya. Saya menghormati kerelaan mereka menjadi warga negara Indonesia. Tetapi di sisi lain, saya tak melihat upaya PSSI untuk menggali dan mencari bakat terpendam seperti dulu lagi.
Kebingungan yang teredam dengan prestasi timnas yang makin trengginas, bahkan berkesempatan lolos ke Piala Dunia 2026 di bawah komando Shin Tae Yong (STY), pelatih Korea Selatan yang (setidaknya di media sosial) akrab dengan pemain-pemainnya.
Kebingungan kembali timbul karena tiba-tiba saja pelatih yang berhasil mendongkrak peringkat FIFA Indonesia dari posisi 173 ke-125 (naik 48 peringkat!) ini, DIPECAT!
Sulit memahami logika berpikir penggantian ini. Apalagi penggantinya tak sebanding. Sebagai pemain Patrick Kluivert memang jago, tetapi sebagai pelatih ia nyaris tak saya kenal. Yang kini diberitakan malah keterlibatannya yang pernah promosi judi online.
Kebingungan tercampur kegeraman, saat di siniar pribadinya Coach Justin mengibaratkan Patrick Kluivert akan lebih bagus karena tak punya kendala bahasa, Coach satu ini berandai-andai starting eleven kita semuanya berbahasa Belanda.
Entahlah, apakah timnas Indonesia rasa naturalisasi ini adalah hal yang natural? Atau kita berganti nama jadi: Hindia Belanda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H