Mohon tunggu...
buaya dayat
buaya dayat Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas (Iklan, skenario, dll.)

Penulis lepas yang menulis apa saja sesuai kata hati dan bisa berkompromi menulis apa pun sesuai permintaan klien.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Indonesia Rasa Hindia Belanda

16 Januari 2025   18:04 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:34 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Football Field, Unsplash

Peringatan: Tulisan ini sepenuhnya subyektif, dibuat tanpa pengetahuan mendalam tentang timnas dan PSSI. Dibuat semata karena kegeraman mata awam saya.

Saya ingin memulai dengan unpopular opinion: bagi saya pemain diaspora sudah kebanyakan untuk mengejar prestasi yang ketinggian. Katakanlah saya picik dan ketinggalan zaman. Saya tak melihat keadilan dalam pemilihan pemain timnas kita. Dulu kita mendengar nama-nama semacam Adolf Kabo, Boaz Salosa, Bambang Pamungkas, I Made Pasek Wijaya; nama yang lekat dengan kebhinekaan kita. Nama yang menggambarkan betapa bakat sepakbola diburu ke segala penjuru Indonesia.

Saya bingung, sungguh bingung, melihat kita (dan juga saya tentu saja) mengelu-elukan kepiawaian Justin Hubner, Rafael Struick, Thom Haye pun Jay Idzes dan pemain diaspora lainnya. Saya menghormati kerelaan mereka menjadi warga negara Indonesia. Tetapi di sisi lain, saya tak melihat upaya PSSI untuk menggali dan mencari bakat terpendam seperti dulu lagi.

Kebingungan yang teredam dengan prestasi timnas yang makin trengginas, bahkan berkesempatan lolos ke Piala Dunia 2026 di bawah komando Shin Tae Yong (STY), pelatih Korea Selatan yang (setidaknya di media sosial) akrab dengan pemain-pemainnya.

Kebingungan kembali timbul karena tiba-tiba saja pelatih yang berhasil mendongkrak peringkat FIFA Indonesia dari posisi 173 ke-125 (naik 48 peringkat!) ini, DIPECAT!

Sulit memahami logika berpikir penggantian ini. Apalagi penggantinya tak sebanding. Sebagai pemain Patrick Kluivert memang jago, tetapi sebagai pelatih ia nyaris tak saya kenal. Yang kini diberitakan malah keterlibatannya yang pernah promosi judi online.

Kebingungan tercampur kegeraman, saat di siniar pribadinya Coach Justin mengibaratkan Patrick Kluivert akan lebih bagus karena tak punya kendala bahasa, Coach satu ini berandai-andai starting eleven kita semuanya berbahasa Belanda.

Entahlah, apakah timnas Indonesia rasa naturalisasi ini adalah hal yang natural? Atau kita berganti nama jadi: Hindia Belanda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun