Mohon tunggu...
buaya dayat
buaya dayat Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas (Iklan, skenario, dll.)

Penulis lepas yang menulis apa saja sesuai kata hati dan bisa berkompromi menulis apa pun sesuai permintaan klien.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bencana Kebakaran Los Angeles: Azab Atau Ujian?

16 Januari 2025   08:22 Diperbarui: 16 Januari 2025   08:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Fire: Cullan Smith, Unsplash

Kebakaran hebat melanda Los Angeles, California, Amerika Serikat sejak 7 Januari 2025. Hingga saat tulisan ini dibuat; ribuan rumah ludes terbakar, 24 jiwa melayang, 70 ribu penduduk mengungsi. Luas area kebakaran di Pacific Palisade saja sudah mencapai 16 ribu hektar, total area yang terbakar mencakup 108 kilometer persegi, hampir setara dengan luas San Fransisco. Diduga perubahan iklim dan fenomena angin Santa Ana yang memicu dan memperparah kebakaran tersebut.

Jika berita ini dibaca dengan tanpa kebencian, maka sewajarnyalah kita turut berduka, ikut berdoa untuk keselamatan mereka yang bertahan hidup. Sayangnya ini adalah zaman informasi melimpah tanpa sempat dipilah apalagi dipilih. Jadilah ada saja jenis berita yang menyatakan ini adalah "Balasan Tuhan atas Amerika yang membiarkan Gaza dibumihanguskan."

Sebagian dari kita, dengan enteng menyamakan prinsip keadilan dan kekejaman manusia atas nama Tuhan. Padahal mengutuk peristiwa di Palestina tak menjadikan kita haram mendoakan korban kebakaran Amerika. Penderitaan bukan pertandingan, bukan banyak-banyakan korban.

Seringkali kita menilai musibah dari kacamata picik manusia. Ada yang kemalingan, kurang zakat tuh. Ada yang cerai, kurang sabar tuh. Ada yang bunuh diri, kurang bersyukur tuh dan komentar pedas semacamnya.

Memang kita adalah hakim yang paling suci jika sudah menilai kesalahan orang lain. Beda halnya jika kita sendiri yang mengalami. Pendeknya: jika orang lain mengalami bencana maka itu adalah azab, jika diri sendiri yang menderita, maka itulah ujian. Ironis bukan?

Di Indonesia saat tsunami Aceh dulu, ada saja mulut yang bilang kalau itu karena mulai banyak maksiat di Aceh. Untuk soal ini aku sepaham dengan penyanyi idolaku yang pilihan katanya kuat, Iwan Fals. Di lirik lagu "Galunggung" Iwan muda menggugat Tuhan saat bencana meletusnya Gunung Galunggung: "Hei Tuhan. Katanya Engkau Maha Bijaksana? Tolong Galunggung pindahkan ke Kota, di mana tempat segala macam dosa." Begitulah kiranya jika logika Tuhan mau dibawa ke logika dangkal kita.

Soal "Bencana Vs Dosa" ini aku punya kisah personal. Saat itu tahun 2007, Jakarta dilanda banjir besar 5 tahunan. Rumahku pun ikut kebagian. Di tengah bencana, Ustadz Kampungku dengan teganya berpidato di toa masjid. "Yang dapat bencana mungkin karena jarang memakmurkan masjid. Alhamdulillah masjid dan rumah saya gak kebagian banjir, karena saya sering taklim di masjid." Betapa sakit hati kami yang mendengarnya sambil melihat perabot rumah terendam air coklat Ciliwung.

Esok harinya banjir naik, masjid dan rumah sang ustadz ikut kebagian banjir juga. Jadi jangan salahkan kami, para jamaah yang memang tak seberapa taat malah mensyukuri banjirnya rumah Pak Ustadz.

Belajar dari kejadian itu, aku mulai menahan diri untuk berkomentar; jika ada orang terkena musibah, semenyebalkan apapun orang tersebut. Pun jika suatu tempat terkena bencana alam, aku memilih diam, semaksiat apapun daerahnya.

Sebab kita bukan Tuhan yang bisa memastikan, ini azab atau ujian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun