Mohon tunggu...
fredirikus boloe ladi
fredirikus boloe ladi Mohon Tunggu... -

Fredirikus Boloe Ladi, Mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT dan aktif menulis di sosial media dan media cetak

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada Serentak dan Tradisi Natal yang Mulai Bergeser

5 Desember 2015   18:49 Diperbarui: 5 Desember 2015   19:18 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berikutnya saya mau mengatakan para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah harus mampu berefleksi dan kemudian mendekatkan diri lebih banyak kepada Tuhan, memohon petunjukkan dan rahmatNya sehingga atas kuasa dan RidhoNya segala rencana dan harapan boleh terjawab. Hilangkan rasa berkuasa kuasa atas orang lain, mengadu dombakan masyarakat atas dasar kepentingan, bahkan tidak sedikit yang berpura-pura tauh dan tidak tauh. Makna Natal Bagi Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Pada Pilkada Serentak 09 Desember Mendatang harus menjadi kunci besar kerendahan hati untuk menerima kekalahan dan kemenagan, kelahiran Yesus kristus sebagai sang juru selamat harus di refleksikan oleh para calon kepala daerah sehingga bulan desember ini bisa penuh dengan kedamaian. Tunjukkan kepada Dunia bahwa pilkada serentak yang dilaksanakan dibulan desember tidak akan menghilangkan damai natal dan makan natal bagi umat kristaini di bumi Flobamora.

Keamanan

Secara otomatis pihak keamanan konsentrasinya akan terbagi akibat Natal dan Pilkada serentak, keamanan harus profesional melaksanakan tugas sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tingkatkan keamanan di pos-pos penjagaan, setiap TPS harus di tambahkan personil kepolisian. Sehingga bisa memanilisir konflik yang terjadi. Selanjutnya adalah seluruh masyarakat harus mampu menahan diri agar tidak melakukan tindakan apapun yang mengarah kepada konflik dan terjadinya integrasi didalam masyarakat. Slogan Provinsi Kota kasih agar bukan hanya slogan semata tetapi slogan yang bermakna nyata didalam kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Kondisi masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berdimensi majemuk dalam berbagai sendi kehidupan, seperti budaya, agama, ras dan etnis, berpotensi menimbulkan konflik.

Ciri budaya gotong-royong yang telah dimiliki masyarakat NTT dan adanya perilaku musyawarah dan mufakat, bukanlah jaminan untuk tidak terjadinya konflik. Apalagi budaya gotong royong sudah hampir tidak kita temukan lagi didalam masyarakat. Sangat wajar ketika ketegangan dan persinggungan terjadi dalam suatu masyarakat yang beragam, sebab bagaimanapun juga dalam masyarakat majemuk mesti terdapat persaingan dan justru dalam persaingan tersebut terdapat dinamika yang membentuk kedewasaan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang muncul. Sikap Profesionalitas pihak kepolisian di uji di dalam dua kegiatan penting yaitu Natal dan pilkada serentak. Semoga makna natal dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat agar selama bulan desember ini menjadi bulan yang penuh berkat bagi seluruh umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun