Mohon tunggu...
buanergis muryono
buanergis muryono Mohon Tunggu... lainnya -

buanergis muryono adalah seniman. guru besar sanggar mariska oka agency; konsultan seni & budaya; wali budaya nusantara Istana Wong Sintinx KUNJUNGI: www.sanggarmariska.webs.com, Sanggar Mariska, SANGGAR MARISKA GRUP, SANDIWARA RADIO COMMUNITY

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Anak-anak Kecil

17 Januari 2014   15:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pa, boleh main ujan-ujanan, ngga?

Boleh.

"Kalian boleh ujan-ujanan kalau ada Papa, jika Papa tidak di rumah, tidak boleh!" nada tinggi menukas dialog mesra kami.

Mama main ujan sekalian, memory masa kecil, agar bisa mengawasi mereka. Sana, ujan-ujanan, mumpung deres.

Maka keempat anakku main hujan plus isteriku tercinta.

Ambil sapu lidi, tolong bersihin sekalian teras.

"Buanaaaaaa, tolong ambil sapu lidiiii, disuruh Papaaaaa." Isteriku berseru pada anak keduaku. Terdengar jawaban bingung, tidak tahu di mana mengambil sapu lidi.

Sang Mama pun turun tangan, turut mencari sapu lidi, dan kembali membawa sapu lidi, segera diminta Buana, membersihkan aneka kotoran di teras rumah. Baru empat kali sapuna, "Capek, Mama saja," Buana menyerahkan sapu lidi, berlari dan menikmati sentuhan air hujan di kepala dan tubuhnya. Kedua adiknya melepas baju, meletakkan di teras yang sudah dibersihkan sang Mama. Nirwana, Darana, Sorgawi menerima omelan. "Kalian buka baju di sini, sudah setop, sana mandi!"

Diam-diam aku candid mereka dengan kamera di HP. Anak-anak happy saja, namun wajah sang Mama cemberut seperti jeruk purut.

Sekali-kali, mengenang masa kecil.

"Boro-boro, waktu kecil aku tidak pernah main hujan. Mana boleh." Ada nada menggerutu.

Anak-anak pun seorang demi seorang masuk untuk membersihkan badan, mandi. Pakaian dilepaskan begitu saja di teras menumpuk dengan pakaian sebelumnya. Kali ini tentunya celana dalam dan pakaian dalam lainnya. Kubantu menyalakan pompa air, agar mereka tidak kehabisan air saat mandi shower.

Enak air hujan ya.

Duingin.

Tanganku keriput.

Tititku puret.

Ayoooo, cepeeeet....

Mereka keramas, menyabun badan, gosok gigi, dengan menggigil tentunya.

Kulihat isteriku masih menggerutu, wajahnya cemberut, menyusul mandi di kamar mandi, mengontrol anak-anak, tapi para junior menolak ketika dibantu mengeramasi rambut. "Aku sudah gedeeee bisa keramas sendiriiiiiii!" teriak Darana, si bungsu 5 tahun.

Aku tersenyum, minimal mereka telah merasakan bagaimana mandi hujan.

Bogor Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun