Orang dapat dengan mudah dinilai kepribadiannya dari cara bicara serta apa yang dibicarakan.
Perlu sekali kita mengontrol ucapan dan bahan pembicaraan kita. Bahasa yang kita sampaikan juga menjadi warna mediasi tertentu sehingga sangat erat sekali, siapa diri kita.
Bagaimana dengan omelan, makian, sumpah serapah, kata kotor, kasar, dan yang negative lainnya? Jelas sekali… orang lain segera menilai diri kita, “Ooooh… hanya segitu, kupikir beda, nyatanya ancur!” tanggapan seorang teman ketika melihat artis cantik becanda dan ngobrol di ruang ganti pakaian. Bahkan, sambil melepas baju, bibirnya enggan dibebaskan dari kata-kata anggota tubuh pria maupun wanita, sampai anggota taman satwa Ragunan, Gembiraloka, Satwataru Jurug… komplit.
“Gue batalin aja, ya?” bisik teman dekatku ketika semula ngincer dan ngencanin tuh artis.
Aku hanya mengangkat alis, sebab keindahan rupa tidaklah menjamin pribadi seseorang. Tutur bahasa, dan perilaku seseoranglah menentukan segalanya. Sehingga ungkapan bahasa menunjukkan bangsa terus berlaku.
Di sudut istana wong sintinx ada siamang, suaranya full power. Kelebihannya, apabila tamu berperilaku buruk, siamang tidak pernah berhenti memamerkan jeritannya. Sedangkan kalau tamunya baik, siamang cukup pamer suara penyambutan. Anehnya lagi, teman sejawatnya tidak ada yang menyahut apabila dia sudah unjuk suara. Siamang merasa jadi raja istana wong sintinx. Sang pemilik pun tersenyum… ‘siamang memang pinter’.
Aku biasanya nyeletuk, “Siapa dulu ayahnya!” lalu kami tertawa panjang karena selama ini Joko Bodo menganggap dirinya ayah dari segala macam binatang yang selalu disayangnya seperti diri sendiri. Walau Joko Bodo tahu bahasa binatang, tapi… dia tetap manusia! Istana Wong Sintinx July 2010 (memenuhi panggilan Bambang Pribadi dan Kit Rose): Buanergis Muryono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H