Mohon tunggu...
Buana Triwira aji
Buana Triwira aji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah mahasiswa Semester 7 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Saya adalah mahasiswa Semester 7 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Selama kuliah saya memiliki hoby bermain game valorant untuk waktu luang saya dimana bermain game dikatakan mengurangi stress

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplomasi Lingkungan ASEAN dalam Menangani Perubahan Iklim dan Menjaga Stabilita Regional

8 Desember 2024   15:26 Diperbarui: 8 Desember 2024   15:42 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan global terbesar di abad ke-21. Dampaknya terasa di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir, angin topan, dan kenaikan permukaan laut. Untuk menghadapi ancaman ini, diplomasi lingkungan ASEAN memainkan peran penting dalam menciptakan solusi kolektif yang berkelanjutan.  

ASEAN sebagai organisasi regional memiliki posisi strategis untuk memimpin inisiatif penanganan perubahan iklim. Negara-negara anggota ASEAN berbagi ekosistem yang saling terhubung, seperti hutan hujan tropis di Kalimantan dan perairan Laut Cina Selatan. Oleh karena itu, kebijakan lingkungan yang terkoordinasi menjadi kebutuhan mendesak untuk melindungi sumber daya alam yang vital bagi masyarakat di kawasan ini.  

 

Salah satu upaya ASEAN dalam menangani perubahan iklim adalah melalui pembentukan ASEAN Working Group on Climate Change (AWGCC). Kelompok ini berfungsi untuk memperkuat kolaborasi antarnegara dalam menyusun strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Melalui AWGCC, ASEAN telah memfasilitasi pertukaran teknologi ramah lingkungan dan praktik terbaik di antara negara anggotanya.  

Namun, upaya ini masih menghadapi berbagai tantangan. Perbedaan tingkat pembangunan ekonomi dan kepentingan nasional sering kali menghambat implementasi kebijakan lingkungan bersama. Sebagai contoh, negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia yang bergantung pada ekspor kelapa sawit menghadapi dilema antara pelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.  

Di sisi lain, ASEAN juga berperan dalam menjaga stabilitas regional yang erat kaitannya dengan isu lingkungan. Ketegangan atas pengelolaan sumber daya di Laut Cina Selatan, misalnya, menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat memperburuk konflik wilayah. Dalam hal ini, ASEAN berupaya mendorong diplomasi maritim yang damai melalui Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC).  

Kerjasama internasional juga menjadi elemen penting dalam diplomasi lingkungan ASEAN. Melalui mekanisme seperti Paris Agreement dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), ASEAN berupaya meningkatkan posisi tawarnya di tingkat global. Keterlibatan ini memberikan peluang bagi ASEAN untuk mendapatkan dukungan finansial dan teknis dari negara-negara maju.  

Selain itu, ASEAN berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan melalui implementasi *ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) Blueprint 2025*. Dokumen ini menekankan pentingnya pendekatan terpadu untuk mengatasi perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan kemiskinan. Dengan memprioritaskan isu-isu tersebut, ASEAN berharap dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya sekaligus menjaga stabilitas kawasan.  

Peran masyarakat sipil dan sektor swasta juga tidak dapat diabaikan. Inisiatif seperti ASEAN Youth Forum dan ASEAN Corporate Social Responsibility Network menunjukkan bagaimana partisipasi lintas sektor dapat memperkuat diplomasi lingkungan. Keterlibatan generasi muda dan perusahaan dalam mengatasi krisis iklim menjadi harapan baru bagi keberlanjutan kawasan.  

Namun, untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, ASEAN perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakannya. Mekanisme pemantauan yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa setiap negara anggota mematuhi komitmen yang telah disepakati bersama. Tanpa hal ini, tujuan kolektif ASEAN dalam menghadapi perubahan iklim akan sulit terwujud.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun