Jarak Psikologis
Dari kecendrerungan psikologis, mungkin masing-masing ada keunikan khusus. Bapaknya dari Generasi X yang mengalami perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang signifikan.
Anaknya bisa dari Generasi Y atau Millennials yang tumbuh dengan internet dan media sosial yang semakin berkembang. Perhatian lebih ke gadjet dari pada ke orang dan lingkungan sekitar
Atau mungkin Generasi Z yang tumbuh dengan teknologi digital yang sangat canggih, terbiasa dengan internet, media sosial, dan informasi yang mudah diakses.
Jarak Tempat dan Waktu
Dari sisi jarak dan waktu, mungkin anak sudah mondok di pondok pesantren, tinggal di kos, atau di tempat yang jauh.
Atau bisa juga anak lebih banyak diasuh oleh kakek nenek atau asisten, sebab orang tua sibuk belajar, bekerja, berkarir, atau lainnya. Kesempatan bertemu mungkin terbatas. Kontak fisik semakin semakin sedikit. Tak mampu memandang wajah atau bertemu secara langsung.
Fisik mungkin bisa jauh, tapi tidak dengan hati dan pikiran
Titik Pertemuan
Ada titik titik yang selalu bisa dipertemukan
Titik pertemuan itu ada pada kesukaan dan nilai nilai yang diyakini.
Generasi boleh berbeda, tapi ketika sama sama sudah suka berkuda misalnya, maka kesukaan itu bisa menjadi sarana komunikasi yang sangat berharga.
Tema kuda misalnya menjadi obrolan paling seru saat Abu Umar Abdillah, penulis buku Muslim Hebat, bertemu dengan anak-anaknya.
Dari kuantitas pertemuan, mungkin jumlahnya tidak banyak. Tapi dari kualitas dan kedekatan rasa, kesamaan kegemaran ini ternyata memberi dampak yang luar biasa. Sebab setiap bertemu, obrolan selalu hidup dan menarik. Masing-masing bisa bercerita apa yang disukai, di saat yang sama orang yang mendengarkan juga dengan sangat tertarik.
Demikian pula soal nilai yang diyakini. Tentang kejujuran, rasa sosial dan setia kawan, bakti kepada kedua orang tua dan seterusnya
Ini menjadi titik pertemuan yang hebat dan penyatu rasa, penentu kesamaan langkah, dan kebersamaan.
Bagi bapack-bapack dan ibu-ibu yang sibuk dengan pekerjaannya, perhatikan nilai dan kecenderungan anak ini. Itulah yang membuat kita bisa terkoneksi dengan hati hati anak, walaupun mungkin dari segi jarak kita berjauhan, dari segi waktu jarang bertemu.
Usaha Menjaga Nilai
Dalam menjaga nilai ini, kita perlu terus berbicara dengan anak secara terbuka dan jujur tentang nilai-nilai yang kita anggap penting. Perlu diskusi tentang pentingnya integritas, kejujuran, empati, kerjasama, dan nilai-nilai lain penting lainnya. Perlu mendengarkan juga pendapat dan pandangan mereka dengan penuh perhatian.
Anak perlu diajak anak untuk berdiskusi, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, memikirkan akibat dari tindakan mereka, dan mencari solusi yang adil.
Di samping itu tentu anak anak merindukan contoh yang baik dan pelibatan anak anak dalam kegiatan keluarga, kerjasama dalam tugas-tugas sehari-hari, dan bantuan untuk memahai nilai nilai tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H