Mohon tunggu...
Bagus Bt Saragih
Bagus Bt Saragih Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Justice for all..! @btsaragih www.bagus-saragih.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Memaklumi Ahok dan Angkot Ngetem

25 Agustus 2015   15:20 Diperbarui: 25 Agustus 2015   15:25 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya selalu salut dengan ketegasan Ahok. Beberapa waktu lalu ini dia ngancem mau cabut trayek angkot yg ngetem sembarangan. "Mungkin 20% kemacetan di Jakarta ini karena angkot ngetem sembarangan," katanya.

Kalaupun angka itu benar, kenapa bukan yg 80% yang diprioritaskan?

Kayaknya gak ada yang bantah kalau angkot ngetem itu bikin macet. Masalahnya, apa penyebab dia ngetem sembarangan?

Pertama dan terutama: kalau disebut sembarangan, apa memang ada tempat ngetem resmi? yg didesain sedemikian rupa sehingga efektif jadi titik transfer penumpang, misalnya?

Lalu coba kita pindahkan sudut pandang kita dr perspektif supir angkot. Sederhana to? gua butuh duit, disana tempatnya banyak sewa (penumpang).

Cilakanya, orang memang banyak males jalan sehingga naik angkot yg paling cepat dia temui. Ya manusiawi dong, memang tidak ada upaya edukasi untuk itu, apalagi fasilitasnya tidak memadai. Tapi kalo fasilitasnya ada, penumpang yang bandel naik sembarangan juga harus bisa ditindak. Kalo sewanya gak ada kan angkot enggak bakal ngetem?

Saya bisa katakan, sopir-sopir angkot ini korban sistem. Yang mikro, sistem setoran yang dipakai di dunia per-angkotan. Yang makro, ketiadaan pola transportasi dan tata ruang yang baik. Belum lagi bicara pertumbuhan mobil pribadi yang tak terkontrol. Padahal, kalau bisa ditekan, orang pasti mau gak mau naik angkot, jadi angkotnya gak perlu ngetem kan? hehe..

Banyak faktor. Inilah yang 80% tadi. Kalo yang 80% ini ditangani, yg 20% (perilaku supir angkot) akan ngikut kok. Jangan kebalik pendekatannya.

Lebih baik kita atasi sistemnya meski sedikit demi sedikit, daripada buang2 energi untuk pendekatan parsial. Karena, tanpa pendekatan sistem, penyakitnya pasti gampang kambuh lagi.

Kita akui keterbatasan membuat kita tidak mungkin mengatasi semua masalah sekaligus. Maka kita perlu skala prioritas. Menentukannya ini yang perlu kebijaksanaan dan empati.

Apesnya memang, angkot semrawut gampang jadi kambing hitam karena terlihat jelas, sedangkan kalo ngemeng sistem, kesannya abstrak dan sebatas teoritis doang.

Selagi benahi sistem, main represif memang perlu. Walaupun kita akan capek sendiri karena akan terus berulang kalau tidak dibarengi dengan pendekatan sistem.

Dan, kalau yg disasar pertama supir angkot, kok kayak kurang berempati ya? Saya usul, pendekatan represif itu diprioritaskan ke mobil pribadi yang parkir sembarangan, dan tempat-tempat usaha -termasuk sekolah-sekolah anak orang kaya- yg tidak menyediakan angkutan untuk siswan dan lahan parkir memadai.

Selain represif, kesadaran pun perlu digalakkan. Mulai dari diri sendiri. Jangan berdalih "aah yang lain juga gitu", apalagi pake tameng fenomena angkot bandel sbg pembenaran.

Angkot membandel karena lihat mobil pribadi juga banyak melanggar, itu manusiawi (meski tidak dibenarkan). Tapi kalo mobil pribadi yg cuek, pilihannya antara bego, egois, atau belagu.

Konon katanya, semua kalangan itu doyan melanggar hukum, alasannya yang beda. Kalo orang miskin, krn tidak tahu / terpaksa. Kalo orang kaya, karena merasa bisa beli hukum. Sedangkan kalangan menengah, krn kesal hukum bisa dibeli sehingga jadi bentuk perlawanan atau apatis.

Di Menteng itu, orang-orang kaya kelakuannya lebih ndeso dari supir angkot. Udah tau jalan sempit, mobil-mobil mahal berhenti di pinggir jalan. Gayanya pakai lampu hazard biar dimaklumi kalo cuma berhenti sebentar. Palsu. Padahal di dekatnya ada gedung parkir. Ngakunya beradab kok males.

Harusnya yang kayak begini yang disikat duluan, Hok! Mobil mewah kalo ditilang, bannya digembok, atau diderek, mereka paling bayar denda doang. Enteng. Makan tidur tetap enak. Tapi kalo trayek angkot dicabut, supir angkot dan anak istrinya akan terancam.

Saya sering berkelakar, memaklumi supir angkot adalah salah satu hal yang paling sulit dilakukan dalam hidup. Ya, karena mereka memang benar-benar menyebalkan! Ugal-ugalan, berhenti sembarangan, gak pake sein, muter balik pas macet, nerobos lampu merah, dan seterusnya.

Saya saja kadang jadi ugal-ugalan kalau hati galau dan kesal, sementara supir-supir angkot ini galau sepanjang hari krn mikirin setoran. Mestinya bisa dimaklumi sih, meski bukan membenarkan, apalagi kebanyakan bukan orang dengan pendidikan yg tinggi.

Yang sulit dimaklumi adalah orang-orang kaya yang cuek sama aturan dan etika lalu lintas. Meremehkan pemotor dan pejalan kaki, sok jagoan di jalan, ketak-ketik hp sambil nyetir. Orang-orang begini lebih hina dibanding supir angkot yang berusaha mencari sesuap nasi dengan cara halal. Lucunya lagi, orang-orang begini sering di garda terdepan dalam memaki angkot bandel, hehe... ngaca oooy

Coba pengguna jalan yang sering maki-maki angkot ngetem dan motor melawan arus, apakah Anda sendiri sudah sepenuhnya mematuhi aturan? Apakah masih berhenti di jalan dengan letter S? Apakah sepenuhnya mematuhi lampu lalu lintas dan berhenti di belakang garis stop? Apakah masih masuk jalur busway? Apakah masih suka parkir di trotoar?

Hmm... bagaimana ya rasanya kalau saya narik angkot? Sudah sore, sewa masih sepi. Setoran belum nutup. Padahal harus nyicil hutang. Sewa kontrakan udah nunggak seminggu nih. Besok jadwal bayar uang buku anak sekolah. Eh si adik lagi sakit lagi. Menghela nafas, bensin tinggal sedikit, di depan udah banyak angkot berlomba. Disini perempatan, sebentar lagi pasti ada bis berhenti nurunin penumpang. Kayaknya saya bakal ngetem sembarangan juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun