Mohon tunggu...
Bambang Trihatmojo Respati
Bambang Trihatmojo Respati Mohon Tunggu... Buruh - -

Seorang awam yang gemar mengomentari tentang banyak hal tanpa berbasis data dan teori.

Selanjutnya

Tutup

Politik

E-Voting

14 Februari 2021   00:35 Diperbarui: 14 Februari 2021   01:08 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1. Apakah penyelenggara pemilu dan panitia penghitungan suara di lapangan sudah semuanya melek teknologi dan paham akan sistem yang harus mereka operasikan.

2. Apakah setiap TPS mempunyai sarana yang emmadai untuk memfasilitasi proses e-voting.

3. Apakah para pemilih sudah paham dengan cara mengoperasikan alat di hadapan mereka.

4. Harus sebesar apa lagi anggaran untuk pengadaan alat, software, dan program pelatihan terkait penyelenggaraan e-voting.

5. Siapa yang akan ditunjuk sebagai pembuat software dan bagaimana proses penunjukannya.

6. Bagaimana proses audit terhadap kesiapan alat dan software sebelum dan sesudah proses e-voting.

Melihat dari beberapa masalah di atas, saya rasa e-voting belum saatnya untuk dilaksanakan. kotak dan kertas suara mungkin adalah sistem yang sudah kuno dan tidak sederhana. Tapi di sisi lain, sistem kotak dan kertas suara masih menjadi satu-satunya metode pemungutan suara yang menurut saya masih bisa menjamin trust dari para pemilih.

Selain bisa menjamin trust, sistem kotak dan kertas suara juga terhitung lebih sulit untuk dicurangi dan kalaupun dicurangi, hasil kecurangannya akan lebih bisa terlihat jelas oleh semua kalangan masyarakat. Perbedaan kotak dan surat suara yang bagus dan sudah dicurangi akan bisa dilihat oleh khalayak umum. Tapi tidak semua orang akan awas dan paham dengan kecacatan pada alat elektronik dan software. 

Jika e-voting akan tetap dipaksakan demi menyederhanakan keruwetan pemilu serentak, saya rasa akan lebih baik jika pemilu tidak dilakukan secara serentak. Ongkos politik dan pemilu yang sudah mahal tidak perlu lagi dibuat lebih tidak masuk akal dengan harus mengorbankan panitia pemilu yang harus sampai sakit dan maninggal demi menjalankan salah satu ritual demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun