Mohon tunggu...
Tari Tarini
Tari Tarini Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang wanita yang mempunyai hobby memasak, menulis, bikin event dan berkomunitas

Hanya seorang pembelajar yang ingin terus belajar dan ingin keliling Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kreativitas Tak Berbatas

14 Oktober 2020   10:29 Diperbarui: 14 Oktober 2020   10:50 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Solo minggu pagi itu sangat cerah, merekahkan hati nan penuh harap. Asa pada bumi pertiwi yang terenggut kebebasannya dan bertekuk lutut pada pandemi. Namun sejuta asa kembali menyeruak di antara kepingan hati dan ciutnya nyali. 

Dan pagi yang cerah ini membawaku dan keluarga bergegas menuju stadion Manahan Solo untuk sedikit melakukan olah fisik, setelah berbulan nyaris tak keluar rumah. Tentu dengan memperhatikan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. Meski tak seramai biasanya (sebelum pandemi) tapi roda ekonomi disekitar stadion Manahan sudah mulai menggeliat. Ada pedagang dan juga pembeli. Setidaknya ini menjadi angin segar bagi para pedagang kecil disekitaran stadion.

Sayangnya tak sedikit masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan. Masih ada yang ngeyel menggunakan masker, hanya dipakai ketika ada Razia. 

Umumnya terjadi di kalangan pedagang, entah di pasar maupun pedagang kaki lima. Pembelinya juga tidak kalah ngeyel, masih ada saja yang tidak menggunakan masker. 

Apalagi banyak para pedagang makanan yang tidak menggunakan masker, bahkan sarung tangan pun tidak. Tangan telanjangnya digunakan untuk mengambil makanan, mengambil uang dan memberikan kembalian. Duuuuhhhhh......nyesek ngeliatnya. Sesekali terpaksa harus tega menegur baik-baik dan langsung memberikan sarung tangan untuk dipakai.

Meski banyak yang abai, namun ada juga masyarakat yang berani ambil bagian untuk memberikan edukasi pentingnya protokol kesehatan. Seperti yang aku lihat beberapa waktu lalu di stadion Manahan Solo. Saat sedang berkeliling, kami berpapasan dengan boneka Riana. Di dadanya tertulis pesan dan mengajak masyarakat sekitar untuk selalu jaga jarak, rajin cuci tangan, dan selalu menggunakan masker.

Boneka yang unik, dan aku sempatkan untuk ngobrol dengan Pak Heri sang pemilik boneka untuk menjawab rasa penasaranku. Ternyata Pak Heri berprofesi sebagai seorang pesulap. Beberapa bulan belakangan ini, jasa sulapnya mati suri terdampak oleh pandemi. Masalah yang sama yang sedang dihadapi oleh jutaan orang. 

Namun, Pak Heri adalah salah satu dari sedikit orang yang menjadikan keterpurukan menjadi sebuah peluang. Pak Heri tidak ingin kreativitasnya mati dan kalah oleh pandemi. Tak ada alasan untuk bermanja dan menunggu belas kasih. Justru kondisi ini membuatnya terus berpikir positif dan berkarya. Dan mereka yang berjiwa dan bermental seperti inilah kelak akan menjumpai kesuksesannya.

Kembali pada Riana, sosok boneka berkarakter anak perempuan cantik buah kreativitas Pak Heri. Ide awalnya bermula dan terinspirasi oleh sebuah film boneka yang mampu bergerak dan berjalan sendiri. 

Saat itu Pak Heri berpikir kalau dirinya ingin membuatnya, karena dia meyakini bahwa itu bukanlah sebuah magic/mistis. Beruntung, pak Heri punya keahlian sulap, dengan trik jitu mampu menyembunyikan teknik bagaimana bisa menggerakkan Riana. 

Boneka ini sangat sederhana, kaki dan tanggannya hanya terbuat dari kayu. Salah satu tangannya dibuat memanjang sehingga Pak Heri bisa memegangnya dengan baik. Dan di sinilah rahasia Riana bisa berjalan. Kata pak Heri, "Saya menggunakan pendulum untuk menggerakkan Riana, tapi karena saya pesulap jadi tidak kelihatan."

Kehadiran Riana cukup menyedot perhatian masyarakat sekeliling yang sedang beraktivitas olah fisik. Bermacam reaksi mereka yang berpapasan dengan Riana. Ada yang langsung memberikan uang secara suka rela sebagai bentuk simpati dan ada pula yang bersua foto atau sekedar menyapa Riana.

Dan yang terpenting, pak Heri sudah menjadi bagian dan turut memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan untuk melawan Covid-19. Dan buatku, Pak Heri adalah sosok yang inspiratif. Beliau mengajarkan kepada kita bahwa Hidup Itu Pilihan. Jika kita memilih "meratap", niscaya keterpurukan yang tak berujung yang kita dapat. Namun jika kita memilih "bangkit" setidaknya akan ada peluang dan jalan keluar.

Semoga selalu ada pak Heri lain, sosok inspiratif di berbagai daerah yang mampu memotivasi bagi siapa saja.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun