Mohon tunggu...
Tari Tarini
Tari Tarini Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang wanita yang mempunyai hobby memasak, menulis, bikin event dan berkomunitas

Hanya seorang pembelajar yang ingin terus belajar dan ingin keliling Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Startup, Unicorn, dan Debat Presiden

19 Februari 2019   17:25 Diperbarui: 19 Februari 2019   18:13 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat capres baru saja berlalu. Karena saya netral, saya tidak ingin menulis apa pandangan saya tentang hasil debat tersebut. Namun ada hal menarik yang ingin saya tuliskan disini.

Dalam debat, salah satu pertanyaan yang mencuri perhatiannya saya adalah mengenai industri digital 4.0 dan kata "unicorn" yang disebut oleh salah satu capres. Meski bully-an ramai di dunia maya dengan kata kunci "unicorn" tetapi saya tidak akan ikut-ikutan menambahkan. Mari kita bicara tentang startup di Indonesia menurut sudut pandang saya.

Dari yang saya tahu, unicorn adalah startup yang mempunyai nilai valuasi diatas US$ 1 milyar atau setara dengan 14 triliun. Menilik jumlah unicorn karya anak bangsa Indonesia setidaknya sudah ada 4 unicorn, sebutlah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan bukalapak.

Indonesia memang sedang bertumbuh dibidang teknologi, terbukti banyak munculnya bibit bibit unicorn yang perlu perhatian pemerintah. Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan dalam menumbuh kembangkan dan menciptakan iklim investasi yang baik khususnya bagi startup rintisan ini.

Banyak startup potensial yang membutuhkan pendanaan/investor, karena sebagian besar startup yang sedang tumbuh di Negara kita ini masih menggandalkan pendanaan secara bootstrapping (pendanaan mandiri). Dengan keterbatasan pendanaan dan tanpa dukungan dari investor, startup rintisan ini bagai jalan ditempat, penuh jalan berliku dan terjal.

Mungkin pemerintah perlu melakukan pendataan diantara ratusan startup potensial yang sedang bertumbuh di negeri ini. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan monitoring secara langsung startup potensial sebelum dicaplok oleh asing. Seperti yang terjadi pada 4 unicorn yang saya sebut diatas, startup karya anak bangsa tetapi justru dikuasai oleh asing sebagai investor terbesar. Mungkin sudah saatnya pemerintah terjun langsung dalam memberikan dukungan sekaligus memberikan apresiasi atas karya anak bangsa dibidang teknologi ini.

doc. inacom
doc. inacom
Salah satu startup potensial yang saya amati belakangan ini adalah inacom.id. Sebagai startup di bidang Agritech, inacom.id bertekad membangun dan merajut potensi alam bersama petani secara langsung. Karena usaha konsolidasi secara langsung ke petani ini belum banyak dilirik. Tentu inacom.id tidak bisa melakukan sendiri mengingat jangkauan Indonesia yang begitu luas, sehingga dibutuhkan mitra yang juga mempunyai impian yang besar.

Jika pemerintah benar berfokus pada potensi sumber daya alam dalam hal ini mengangkat kesejahteraan petani melalui teknologi, saya rasa pemerintah harusnya berani menggandeng startup seperti inacom.id ini salah satunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun