Mohon tunggu...
BS Wijaya
BS Wijaya Mohon Tunggu... -

Penjelajah makna, pengunyah hikmah..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kutunggu Kau di Tepi Lac de Geneve

11 Februari 2014   12:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan di sinilah aku. Duduk di sebuah bangku di sudut taman Quai Gustave Ador. Tepat menghadap Lac de Geneve (Lac Leman), sebuah danau luas menyerupai lautan yang mengapit kota Jenewa, Swiss. Pukul 4 sore, paruh awal musim semi, matahari hangat menyapa kulit.

Sambil menikmati panorama Jet d’Eau, air mancur raksasa yang menyembur setinggi 450 kaki dari sebuah dermaga, aku membayangkanmu. Alangkah menyenangkannya bila kau ada di sini. Kita bisa menyusuri tepi danau yang dipenuhi taman-taman bunga yang indah. Perahu-perahu dan kapal kecil yang berlabuh ataupun berlayar melintasi danau dari satu dermaga ke dermaga lain dengan tenang dan damai. Oh, tentu saja kita bisa ikut mencobainya.

[caption id="attachment_311434" align="aligncenter" width="665" caption="jet d'eau di Lac de Geneve (foto: bswijaya)"][/caption]

Kita berjalan ke salah satu dermaga untuk menunggu kapal menjemput. Bukankah kita sudah mengantongi tiket Journaliere des 9h yang kita beli seharga 7 CHF (Swiss Franc) yang berlaku seharian untuk semua jenis transportasi umum (bus, kereta, dan perahu/ kapal kecil) yang ada di kota Jenewa mulai pukul 9 pagi hingga 9 sore? Ya, tadi kita membelinya di sebuah mesin tiket yang ada di salah satu halte yang kita singgahi.

Sambil menunggu kapal, angsa-angsa yang berenang riang di tepi dermaga sibuk merengek lemparan sereal dan remah-remah roti dari pengunjung. Begitu pula sekawanan merpati yang hinggap di atap dan berjalan di pelataran dermaga. Hingga kapal pun datang. Kapal kuning berukuran sekitar 20 meter itu hanya menurunkan dan menjemput beberapa penumpang, lalu kembali berlayar.

[caption id="attachment_311437" align="aligncenter" width="664" caption="angsa-angsa menunggu lontaran sereal dan roti (foto: bswijaya)"]

13920934661101020787
13920934661101020787
[/caption]

Indahnya kota Jenewa dari permukaan danau. Lihat, di sekeliling kita penuh bangunan-bangunan perkantoran dan butik-butik bergaya gotik khas Eropa. Berbagai merek jam dan perhiasan terkenal terpahat di sana. Cartier, Raymond Weil, Tissot, Omega, Baume & Mercier, Louis Vuitton, Rolex, Roger Dubuis, Breitling. Mereka seperti berlomba memadati pandangan bersama merek-merek bank terkenal. Ah, ya. Bukankah Swiss memang terkenal dengan Bank dan Jam-nya?

Sementara di latar belakang tampak gunung Saleve dan Mont Blanc yang puncaknya masih berlumur salju, sisa jejak musim dingin yang baru lewat. Jenewa memang diapit danau Lac de Geneve dan gugusan beberapa gunung, serta dibelah sungai Rhone. Kota berpenduduk sekitar 189.000 jiwa ini selain berpanorama danau dan pegunungan yang indah, juga memiliki reputasi internasional sebagai tempat bernaungnya berbagai organisasi PBB.

[caption id="attachment_311441" align="aligncenter" width="664" caption="perahu-perahu parkir di tepi danau (foto: bswijaya)"]

13920940781577100791
13920940781577100791
[/caption]

Kita lalu hinggap di Bains des Paquis, dermaga di tepi Quai du Mont Blanc. Kempinski yang megah langsung menyambut kita. Tapi kita lebih tertarik kembali mengukur jalan di sepanjang tepi danau. Kita berbalik menyeberang melewati jembatan Pont de l’Ile yang memotong sungai Rhone, lalu menyusuri Place du Bel-Air dan Quai General Guisan yang dikerumuni gedung-gedung bank berarsitektur klasik tempat duit para triliuner dan (mungkin) koruptor dunia tersimpan. Sejenak kita menyusup ke balik gedung yang menyembunyikan Rue (jalan) du Rhone dengan pajangan butik-butik mewahnya, sebelum kita tersesat di Jardin Anglais, sebuah taman nan teduh yang menyimpan Horloge Fleurie, jam bunga yang cantik dan unik. Lagi-lagi kita diingatkan pesona Swiss sebagai negeri Jam.

[caption id="attachment_311439" align="aligncenter" width="666" caption="parc de la grange (foto: bswijaya)"]

139209384317074096
139209384317074096
[/caption]

Tiba-tiba kita telah berada kembali di Quai Gustave Ador. Berjalan terus hingga terpesona oleh kerindangan Parc de La Grange, taman seluas 12.000 meter persegi, tempat di mana 200 jenis bunga rose aneka warna mekar di musim panas. Menyaksikan tupai berlompatan di atas rumput, burung-burung berkicau riang, ditemani sepoi angin danau, sungguh terasa nyaman. Sementara nun di sana, di rerumputan tepi danau, tubuh-tubuh separuh telanjang bergolek cerlang tersiram cahaya hangat matahari sore.

[caption id="attachment_311440" align="aligncenter" width="665" caption="Quai Gustave Ador (foto: bswijaya)"]

1392093953281809670
1392093953281809670
[/caption]

Dan aku hanya bisa mengenangmu. Menunggumu selalu. Terpasung di antara pesona danau kota Jenewa, yang membaurkan sensasi indahnya alam dan aroma kapitalisme. Di sini. Di tepi Lac de Geneve. Lac Leman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun