Mohon tunggu...
Bhakti Suhendarwan
Bhakti Suhendarwan Mohon Tunggu... -

menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru (MtaatResdianto,2014)\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kesaksian AKBP Teddy Rusmawan pada Sidang Simulator SIM, Code of Silence, dan Reformasi Birokrasi Polri

28 Mei 2013   18:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:53 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan seragam lengkap, dengan pangkat di pundak sebagai Ajun Komisaris Besar Polisi ( setingkat letnan kolonel ),Hari ini Teddy Rusmawan di pengadilan tipikor memberikan kesaksian maut melawan terdakwa kasus simulator SIM, Inspektur Jenderal Polisi DJOKO SUSILO, atasan Teddy Rusmawan yang beda pangkat dengan yang bersangkutan bagaikan bumi dan langit, terkait dengan perkara korupsi simulator SIM. Tanpa sungkan Teddy rusmawan membongkar seluruh hal yang kalau bisa dibilang "aib" bagi korps lalu lintas secara khusus dan Polri secara keseluruhan.

Lalu, apa si Teddy ini? pengkhianat kesatuan? seorang pragmatis? atau seorang yang harus kita acungi jempol karena dia punya nyali yang besar untuk menjadi seorang whistle blower terang - terangan, bukan seorang pengecut yang hanya berani kirim surat kaleng kesana kemari tapi enggan menampakkan diri.

Saya sendiri lebih senang mengatakan bahwa Teddy Rusmawan ini adalah seorang pahlawan Reformasi Birokrasi di tubuh Polri. Ketika beberapa anggota Polri secara sembunyi - sembunyi bercerita kepada orang lain tentang banyaknya masalah di institusinya terkait perilaku atasannya, Teddy Rusmawan dengan berani head to head dengan atasannya di sebuah forum pengadilan dalam sebuah testimoni tersumpah yang memiliki nilai pembuktian.

salah satu indikator keberhasilan sebuah reformasi adalah adanya keterbukaan dan transparansi. dan hal itu yang nampaknya masih dikontrol atau bila perlu diredam oleh beberapa oknum petinggi berbagai lembaga pemerintahan. Alasan jiwa korsa, semboyan mikul nduwur mendem njero, dan jargon mari perbaiki institusi kita sendiri jangan melibatkan institusi lain demi alasan kewibawaan kebanyakan menjadi alasan pembenar tindakan tersebut.

Jargon dan semboyan diatas menurut saya hanyalah doktrin yang digunakan untuk melindungi kepentingan - kepentingan segelintir orang, agar tindak kejahatan dengan memanfaatkan kewenangan tidak diungkap oleh bawahannya. dari sistem doktrinasi tersebut akhirnya timbullah semacam code of silence, dimana orang yang buka mulut mengutarakan kebenaran, dialah yang penjahat.

Kesaksian AKBP Teddy Rusmawan adalah sebuah fenomena dimana kebenaran tidak akan pernah bisa dibungkam, sama seperti ketika Institusi Polri "mungkin" akan mencoba membungkam Kompol Novel dengan tuduhan kejahatan yang dilakukan delapan tahun yang lalu ketika yang bersangkutan menyidik kasus simulator Polri. yang salah satunya menjadi pemicu 'kenekatan" dari beberapa kolega penyidik Polri di KPK lainnya untuk hengkang dari instusi asalnya.

Sudah seharusnya Polri melihat fenomena Teddy Rusmawan sebagai sebuah kemajuan besar. sebuah peluang untuk menjadi lembaga yang berwibawa dan dihargai oleh masyarakat. Polri harus mulai melihat bahwa kewibawaan bukan dilihat dari seragam, senjata, dan kewenangan. Tapi kewibawaan timbul karena perbuatan yang tulus dalam melaksanakan tugas Pokoknya.

Fenomena Teddy Rusmawan, Kasus Novel Baswedan, dan kasus 28 penyidik Polri yang memutuskan menjadi pegawai KPK, hanya merupakan sedikit indikator yang menunjukkan bahwa sebenarnya Polri masih memiliki banyak sumber daya manusia yang siap menjadi polisi yang berintegritas. Yang diperlukan hanya kemauan untuk mengetahui dan mendengarkan orang - orang itu, serta perubahan sikap mental untuk siap menerima kritik dan saran, dan siap melakukan perbaikan. Bukannya melakukan pembungkaman terhadap orang - orang itu dengan alasan membahayakan institusi ( atau lebih tepatnya membahayakan "beberapa atasan" institusi tersebut )

Salut untuk Pak Teddy dan seluruh Polisi yang berintegritas tinggi.....BADAI PASTI BERLALU MESKIPUN BISA JADI TOPAN AKAN DATANG LAGI......TETAP TABAH KARENA SEGALA SESUATU PASTI AKAN BERAKHIR

Jakarta 28 Mei 2005

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun