Mohon tunggu...
Budi Sudradjat
Budi Sudradjat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lahir di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Dampak Teknologi dan Literasi Digital terhadap Anak

9 September 2019   21:09 Diperbarui: 9 September 2019   21:17 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi Informasi mengakibatkan penyebaran informasi semakin cepat dan deras, era Tsunami Arus Informasi yang terjadi harus disikapi dengan baik sehingga kita terhindar dari berbagai berita hoax. 

Langkah sederhana yang dapat dilakukan memberikan edukasi terhadap anak, maupun anggota keluarga lainnya dalam menyikapi beredarnya berita hoax yang ada di masyarakat. 

Banyak dari kita yang berangggapan semua berita atau informasi yang kita dapat di internet atau di media digital adalah baik. Untuk itu kita perlu membentengi diri dan leboh memilah informasi yang kita serap. 

Literasi digital tidak hanya menghindarkan kita dari berita bohong atau berita hoax namun juga dapat mencegah kita terhindar dari cyber crime yang sekarang banyak terjadi. 

Era internet ini memunculkan sejumlah persoalan khusus yang berdampak terutama pada anak-anak karena pola pikir mereka yang masih banyak ingin tahu.  

Berdasarkan uraian tersebut diatas kami dari Universitas Bina Sarana Informatika Fakultas Teknologi Informasi program Teknologi Komputer bekewajiban memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan pengurus RPTRA Maya Asri 13 Palmerah.

Literasi Digital adalah kecakapan atau pemahaman seseorang dalam menggunakan media digital dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan komunikasi. Literasi Digital menjadi kebutuhan mendesak sekarang ini, sebab kemajuan teknologi yang tidak dapat diimbangi oleh kecerdasan dalam  menggunakan teknologi modern. 

Hal tersebut menuntut para masyarakat untuk dapat memilih dan memilah informasi yang baik dan tepat guna.Disinilah pentingnya literasi digital untuk dijadikan pembelajaran yang strategis untuk pengembangan pendidikan ini di era cyber.

Literasi digital ini menjadi penting karena mampu membuat kita :

1. Berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

2. Memecahkan masalah yang terjadi.

3. Lebih mengetahui arti dari pemanfaatan teknologi modern.

4. Tidak menggunakan teknologi sebagai wadah melakukan kejahatan.

5. Menjadi pengguna yang baik.

Rumah merupakan tempat persinggahan bagi setiap orang termasuk anak-anak kita. Anak-anak sebagai generasi milenial, saat ini banyak disibukan dengan gadget atau perangkat digital lainnya. 

Terlebih jika para orang tua nya bekerja dengan intensitas waktu yang panjang hingga malam, maka secara otomatis komunikasi dengan anak sangatlah kurang. Akibatnya karena tidak ada kesibukan atau karena tidak ada teman untuk berbicara, anak ketika dirumah akan mencari hal yang dia sukai, atau menjadikan gadget sebagai pilihannya. 

Pesatnya perkembangan dunia media sosial sangat memungkinkan anak terpapar oleh berbagai macam berita hoax. Literasi harus direvolusi untuk mencerdaskan masyarakat milenial. Perlu juga percepatan program akselerasi literasi dengan beberapa langkah. 

Pertama, pemahaman paradigma literasi tidak hanya membaca dan bahan bacaan bukan hanya manual, melainkan juga digital. Literasi tidak sekadar membaca dan menulis, namun juga keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan berbentuk cetak, visual, digital, dan auditori.

Kedua, pemenuhan akses internet di semua wilayah. Meski di ini kita berada di "benua maya", namun masih banyak wilayah di Indonesia yang belum bisa mengakses Internet. Dengan menyediakan akses Internet, maka literasi digital akan semakin mudah. 

Suatu tempat yang tidak ada perpustakaannya juga bisa diganti e-library. Ketiga, implementasi konsep literasi di semua lembaga pendidikan. Kemendiknas (2017:2) merumuskan gerakan literasi secara komprehensif.   

Yaitu literasi dasar (basic literacy), literasi perpustakaan (library literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy) dan literasi visual (visual literacy). Selama ini, yang mendapat akses pengetahuan literasi hanya pelajar, mahasiswa, guru, dosen, petugas perpustakaan dan lainnya.

Maka gerakan literasi yang digagas Kemendiknas harus didukung. Mulai dari gerakan literasi dalam keluarga, sekolah dan gerakan literasi nasional. Keempat, menumbuhkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan, kebenaran dan fakta. 

Hal itu tentu harus terwujud dalam kegiatan membaca yang diimbangi validasi, baik membaca digital maupun manual. Kelima, masyarakat harus mengubah gaya hidupnya yang berawal dari budaya lisan, menjadi budaya baca. 

Rata-rata masyarakat tidak membaca karena faktor kesibukan mencari nafkah, tidak suka membaca, dan tidak adanya bahan bacaan. Bahkan, mereka tidak tahu bahan bacaan berkualitas itu seperti apa. 

Di sinilah perlu adanya edukasi literasi kepada masyarakat secara luas. Harus ada budaya baca yang diciptakan keluarga dan kelompok masyarakat daripada "ngobrol doang" yang tak ada gunanya.

Berikut foto-foto kegiatan Pengabdian masyarakat di RPTRA Maya Asri 13 Palmerah

Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan
Foto Arsip Kegiatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun