Hampir tiap hari ada saja tingkah laku anak-anak saya yang membahayakan. Dari membuka kulkas sendirian, mencoba menyalakan kompor, dekat dengan gunting dan pisau, terpeleset karena lantai licin setelah dipel. Banyak lagi.
Memang kejadian-kejadian itu menjadi bagian dari keseharian tingkah laku anak di rumah maupun sekolah dan sudah kita anggap biasa. Tetapi tak boleh lengah dan anggap enteng. Sebagai orang tua kita harus tetap jaga keselamatan anak. Karena tidak jarang kejadian-kejadian sepele dapat berakibat fatal.
Memutar otak saya sebagai praktisi safety, saya membuat teori sederhana : gunakan ANAK untuk cegah celaka.
Lho kok, bukannya kita mau mencegah anak dari celaka, kok malah gunakan anak untuk cegah celaka? Gimana logikanya nih?
Saya buat akronim ini supaya mudah diingat dan mempunyai arti: Amati bahayanya, Nilai resikonya, Ambil tindakan, Komunikasikan.
Amati bahaya
Kita harus tahu bahaya-bahaya apa saja yang ada di rumah. Investasikan waktu sejenak untuk membuat daftarnya. Cara yang paling mudah, kita bisa telaah dari kamar ke kamar. Misalnya di dapur ada bahaya api, benda tajam dan kimia. Di kamar mandi ada bahaya terpeleset, sabun dan kimia dan lain-lain.
Nilai resikonya
Dari bahaya-bahaya yang kita temukan kita nilai resikonya. Tipsnya adalah gunakan kalimat : Kalau terjadi .... maka kerugian terparah adalah...Misalnya bahaya api di dapur, maka gunakan: Kalau terjadi  kebakaran, maka kerugian terparah adalah rumah terbakar habis. Atau misalnya: Jika terpeleset di dapur, maka anak dapat benjol.
Dengan begitu anda mempunyai nilai resiko dari daftar bahaya yang anda sudah buat sebelumnya.
Ambil tindakan