[caption caption="Melompat lebih tinggi"][/caption]
Bau Pelabuhan Kali Adem yang kurang sedap beserta jalannya yang sempit menyambut kami pagi itu. Aku dan 8 orang teman berjanji bertemu di sana untuk menghabiskan waktu akhir pekan selama dua hari semalam di salah satu pulau yang tidak terlalu jauh dengan ibukota. Kami menempuh perjalanan sekitar 2 jam naik kapal laut dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara. Kami menggunakan jasa travel seharga 400 ribu per orang selama liburan singkat ini.
Namanya Pulau Pari, salah satu pulau dari Kabupaten Seribu. Dari namanya, kita mungkin langsung ingat jenis ikan pari. Ya, pulau ini berbentuk ikan pari jika difoto dari udara, katanya. Ada juga penangkaran ikan pari di salah satu pantainay. Pelabuhannya kecil, tapi lumayan bersih. Perahu-perahu dan kapal cepat berjejeran. Di beberapa sudut jalan, tempat sampah warna-warni terpajang. Hati langsung tertawan saat menjejakkan langkah di pulau yang memiliki penduduk sekitar 2 ribu orang ini. Â
Berikut keajaiban-keajaiban yang saya alami selama berlibur di Pulau Pari.
Pertama, udara bersih. Menikmati udara bersih merupakan keajaiban bagi saya. Setiap hari saya harus menikmati polusi, baik udara maupun suara di daerah ibukota dan sekitarnya. Saat berada di pulau ini, udara cukup segar terasa dan kebisingan seakan tiada. Pohon-pohon sukun dan kelapa tampak menghiasi pemandangan dan memberikan oksigen tambahan.
Kedua, bebas macet. Di pulau Pari, saya tidak melihat mobil. Sepeda motor yang melintas bisa dihitung jari. Alat transportasi utama di dalam pulau adalah sepeda atau bisa juga jalan kaki. Bayangkan kemacetan yang setiap hari menghiasi ibukota. Menikmati dua hari tanpa kemacetan juga anugrah yang luar biasa. Tempat penginapan yang kami tinggali menyediakan fasilitas pemakaian sepeda. Jadi, kami bisa menggunakannya berkeliling pulau.
Ketiga, pantai yang indah. Pulau Pari memiliki pantai yang sangat bagus dengan pasir putih yang menawan, namanya Pantai Pasir Perawan. Saat pagi menjelang siang, kami bermain pasir dan menikmati laut yang tenang dan tidak terlalu dalam. Tentu saja, momen ini juga kami gunakan untuk berfoto ria. Pemandangan semakin indah dengan pohon-pohon bakau yang tumbuh di sekitar pantai. Kami menyusuri pohon-pohon bakau dengan menyewa sebuah perahu dengan harga yang cukup murah, Rp 15.000 per orang. Pepohonan hijau itu menyegarkan mata. Tapi, sesekali, kami melihat tumpukan sampah. Saat kami bertanya kepada bapak tukang perahu, beliau bilang sampah itu kiriman Jakarta, ombak laut membawanya sampai ke pulau Pari. Betapa sedih mendengarnya. Sampah orang yang tak bertanggung jawab di Jakarta sana harus dinikmati penduduk dan pengunjung pulau.
Keempat, olahraga asyik. Berolahraga mungkin bisa dilakukan di berbagai tempat. Namun, jika kita melakukannya di pulau Pari, kesannya pasti berbeda. Kita bisa bersepeda sambil berkeliling pulau sambil menikmati pinggir pantai. Tanpa terasa, itu sudah banyak mengubah lemak menjadi kalori dalam tubuh. Di Pantai pasir perawan, kita bisa bermain bola voli dan futsal. Rasanya pasti sangat berbeda jika kita berolahraga dibumbui pemandangan indah dan udara segar.
Kelima, matahari terbit (sunrise) dan terbenam (sunset). Pantai memang terkenal dengan pemandangan matahari terbenam yang mempesona. Pantai Lipi menawarkan keindahan itu. Kami menikmati matahari terbenam sambil minum air kelapa muda. Di pantai yang sama, kami menemukan beberapa bintang laut dan hewan laut yang tidak saya tau namanya. Dan, tentu saja momen sunset ini sayang dilewatkan jika tidak berfoto. Di pagi hari, kami seharusnya menikmati matahari terbit di pantai dekat pelabuhan, namun, kondisi cuaca pagi itu mendung, mataharinya tertutup awan. Tapi, saya percaya, menikmati sunrise di pulau ini pasti sangat berkesan.
Keenam, panorama bawah laut. Pemandu wisata membawa kami naik perahu menuju laut yang dangkal untuk diselam (snorkeling). Mereka menyediakan pelampung dan alat-alat untuk menyelam. Saya sangat mengagumi keindahan bawah laut Pulau Pari. Terumbu karang tersusun apik ditambah ikan-ikan cantik yang bebas berkeliaran. Tetapi hati-hati saat menyelam, jangan sampai merusak terumbu karang apalagi menangkap ikan-ikan. Â
Ketujuh, ikan-ikan segar. Jasa travel kami menyediakan ikan-ikan segar untuk dipanggang pada malam hari. Kami menikmatinya di saung yang sudah disiapkan di pinggir pantai Pasir Perawan. Namun, karena kondisi badan yang sudah lelah seharian, kami memintanya untuk dinikmati di homestay saja. Rasanya tentu saja sangat lezat, apalagi dimakan beramai-ramai.