Kawan, agar kecewaku tak begitu galak
kuingin bercerita padamu dalam sajak
biar merana bisa jadi gelak.
Â
Sejak sepuluh tahun lalu kurindukan
kehadiran manusia bernama perempuan
sungguh kebetulan calon dokter yang kutemukan,
pendek kata aku katakan, calon ibu dokter yang ’ku uber mulai keder
bak ayam betina yang hendak dikawin, semula berlari tiba-tiba berhenti
entah pasrah atau menanti-nanti sipencuri hati.
Â
Dua tahun seiring sejalan
senyum, canda dan tawa berdua. Sedih, menangis dan marah silih berganti
pertengkaran sekalikali ada dan terkadang dihalalkan
kerna bisa memperindah suasana.
Utang apapun yang kupunya tak lagi terpikirkan
yang ada dengannya pertemuan demi pertemuan.
Â
Sungguh sayang diujung sembilan dua
Ketika suatu siang bolong ia dihadapan lelaki tua pilihan bapaknya
setelah telanjang dada calon ibu dokterku lupa bercelana
syurga-ga-ga-ga, katanya
itu ia ceritakan padaku sambil tertawa. Kuingin marah untuk apa?
kuingin menangis tiada air mata.
akhir cerita, sambil garuk-garuk celana
kupergi jauh melupakannya.
Â
Â
Ciheuleut, Talas20-2000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H