Mohon tunggu...
Bryan Marpaung
Bryan Marpaung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dunia pemikiran yang kutumpahkan menjadi sebuah literasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Kita Melihat Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI?

2 Oktober 2024   00:30 Diperbarui: 2 Oktober 2024   02:18 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa pemerintahan Orde Baru, setiap tanggal 30 September masyarakat diwajibkan untuk menonton film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI. Film ini dibuat pada tahun 1984 oleh sutradara kondang Arifin C Noer. 

Film yang berdurasi 3 jam lebih ini menceritakan tentang peristiwa kelam yang pernah terjadi di Indonesia dimana 6 Jenderal dan 1 perwira muda dibantai dalam 1 malam di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965. Adegan penculikan,penyiksaan dan pembunuhan yang ditampilkan secara brutal harus ditonton oleh segala umur pada waktu itu. 

Namun, setelah Reformasi, diputuskan bahwa film ini tidak lagi ditayangkan di televisi nasional. Tapi, ditahun 2017, atas usulan dari mantan Panglima TNI Jenderal (Purn).Gatot Nurmantyo, film ini kembali diputar pada setiap bulan September. Sebagai generasi muda yang tidak mengalami era mengerikan 1965-1966, tentu kita bertanya-tanya apakah film ini benar-benar sesuai dengan kejadian aslinya?

Saya sendiri sebagai penulis, sudah menyaksikan film ini dari tahun 2017. Terhitung mungkin sudah 20 kali lebih saya menonton film ini. Tetapi, dari sekian banyak pendapat para sejarawan tentang film ini, tidak ada satupun yang mengatakan film ini 100% sesuai dengan kejadian aslinya. Bagi saya pribadi, saya sangat setuju akan hal ini. Mudah saja bagi saya mengatakannya, karena sedari awal saya sudah tahu bahwa film ini memang menjadi alat propaganda yang terbukti sangat efektif di masa Orde Baru. Dimana layaknya pahlawan dan penjahat, Soeharto ditampilkan sebagai pahlawan dan G30S sebagai penjahatnya. Lalu bagaimana kita seharusnya melihat dan menyikapi film ini?

Saya berpendapat bahwa film ini hanya bisa kita jadikan sebagai pengingat sejarah, bahwa memang benar peristiwa G30S pernah terjadi di Indonesia dan sangat penting para generasi mengetahui sejarah kelam ini supaya kita lebih mawas diri agar peristiwa semacam ini tidak terulang lagi. Namun, untuk dijadikan sebagai acuan dan fakta sejarah, sama sekali film ini gagal untuk dikatakan sebagai hal tersebut. 

Menurut saya, hanya adegan penculikan para Jenderal yang benar-benar sesuai dengan kejadian aslinya, dikarenakan kejadian ini disaksikan langsung oleh setiap anggota keluarga pada saat kejadian ataupun potongan-potongan video dan pidato asli dari Mayjen Soeharto pada saat pengangkatan jenazah dan Jenderal Nasution saat pemakaman. Sisanya menurut saya, lebih menonjolkan peran Soeharto sebagai pembalik keadaan.

Dan yang paling krusial adalah adegan penyiksaan para Jenderal. Sesuai visum et repertum yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, sama sekali tidak ditemukan tanda-tanda penyiksaan di tubuh korban. Namun, media ABRI seperti Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha sudah terlanjur memprovokasi masyarakat bahwa para Jenderal ada yang dimutilasi alat vitalnya, ada pula yang dicungkil matanya. 

Semua ini sudah cukup mampu membangkitkan api kemarahan rakyat pada PKI. Itu pula yang ditampilkan pada film ini, dimana terdapat adegan Mayjen Soeprapto yang dipukuli dan disilet wajahnya, Mayjen S.Parman yang juga dipukuli dan dipahat wajahnya, Brigien Sutoyo yang ditusuk dengan pisau di bahunya, ataupun Lettu Tendean yang disundut rokok dan dipukuli dengan popor senapan. Sangat ampuh untuk dijadikan sebagai pengingat bahwa PKI sama dengan setan ataupun iblis yang kejam.

Kesimpulannya, film ini sama sekali tak bisa dijadikan fakta sejarah, tetapi marilah kita tonton film ini sebagai pengingat bahwa pembunuhan para Jenderal ini benar-benar pernah terjadi di Indonesia. 

"waspada dan mawas diri, agar peristiwa semacam ini tidak terulang lagi. "

- Monumen Pancasila Sakti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun