Kedua, media sosial sama sekali tidak menggambarkan kenyataan yang terjadi di dunia nyata, padahal masih lingkungan Jakarta! Di media sosial, siapa yang tidak tahu PSI? Entah cinta atau benci, PSI dikenal!
Saat blusukan, saya baru tahu bahwa PSI belum dikenal! Saya tidak tahu, mas-mas yang bertanya apakah PSI adalah yang 'bola-bola' itu bercanda atau serius, tetapi bukan hanya dia yang tidak tahu! Dari 10 orang, mungkin 5 diantaranya tidak tahu!
Justru yang tahu, kebanyakan tahunya soal iklan yang 'nyeleneh' dengan tagline 'UDAH! UDAH!' itu. Itu yang justru cukup melekat di grassroot, dan bahkan yang digunakan oleh caleg untuk memulai perkenalan mengenai partai tempat ia bernaung.
Saya tidak tahu apakah ini sudah direncanakan oleh petinggi PSI, namun ini harus diakui sebuah strategi brilian!
Ketiga, bisa dibilang sangat sedikit calon wakil rakyat yang benar-benar turun menemui konstituen.
Dari konstituen yang kami datangi, mereka menyatakan baru sekali atau dua kali didatangi oleh calon anggota dewan, baik DPR maupun DPRD. Jumlah yang sangat sedikit dibandingkan jumlah calon keseluruhan, bukan?
Hal keempat, warga belum mendapatkan sosialisasi cukup mengenai pemilihan apalagi untuk ukuran pemilihan umum serentak untuk memilih presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD, serta DPD. Kami datang sekaligus membawa dummy kertas suara.
Warga nampak terkejut melihat kertas yang sebegitu besarnya! Beberapa nyeletuk, "gede banget, kayak koran langganan saya!"
Terakhir, money politics is not just a story! Itu benar-benar terjadi. Bukan sekali atau dua kali, berkali-kali warga yang kami temui nyeletuk, "Oh kalender.. kirain amplop!", "Wah kaosnya bagus nih, ada pemberian lain gak?", "Kita mah tergantung yang mana yang ngasih lebih banyak!"
Politik transaksional sudah mendarah daging, hingga di grassroot!
Saya tidak menyalahkan masyarakat, bila pola pikir semacam itu tumbuh di kalangan mereka. Saya jelas menyalahkan mereka yang melakukan dan membiasakan warga dengan hal tersebut! Mereka adalah para anggota dewan 'tak terhormat' yang 'membeli' suara rakyat!