Mohon tunggu...
Bryan Eduardus
Bryan Eduardus Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Warga Negara yang Bersuara Lewat Kata-Kata! | https://telemisi.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbincangan Menginspirasi di Perjalanan

21 Juli 2018   20:56 Diperbarui: 21 Juli 2018   21:44 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bryan E. C. Hardi (pexels.com)

"Saya sudah sampai di dekat pintu masuk apartemen, ya." Pesan ini sudah dia kirimkan sekitar 3 menit yang lalu. Baru disaat saya ingin membalas, ada pesan baru yang masuk, "Sebentar ya, mas. Saya mau buka puasa dulu."

Mungkin kalian bertanya-tanya dalam jiwa, buka puasa? Jadi, daripada tulisan saya ini menimbulkan pergunjingan di kalangan tetangga, biar saya jelaskan terlebih dahulu. Segala yang saya tuangkan disini merupakan kisah nyata, tanpa bumbu-bumbu setingan demi rating tinggi! Ini saya alami pada bulan puasa yang lalu. Walaupun mungkin sudah lewat, semoga tetap bermanfaat! Oke, jadi begini kelanjutan ceritanya!

"Ya, pak". Saya seorang non-muslim, tetapi saya selalu diajarkan untuk menghargai orang yang berpuasa.

Setelah saya membalas begitu, saya tetap bergegas turun ke lobby dan mencari dia di dekat pintu masuk apartemen. Ternyata, dia ada dekat situ selagi menunggu segelas es kopi yang ia pesan.

Saya dekati, dan dia menyapa. "Bentar ya, mas." "Iya, santai, pak!" Tapi jujur dalam hati, sedikit sebel, karena waktu rada mepet. Itulah alasan mengapa saya memilih untuk menggunakan motor sore itu, selain karena harga mobil yang sangat melambung tinggi, bak tendangan pemain sepakbola!

Lokasi apartemen saya di Puri, dan lokasi yang ingin saya tuju adalah di daerah Ancol. Harga pada saat itu adalah 45 ribu, saya ingat banget! Percaya saja!

Dan, saya berdiri disitu menunggu dia yang sedang menunggu kopi yang dia pesan, menunggu pangkat dua, 30 menit sebelum undangan saya, pukul 18.30.

Setelah berdiri sekitar 2 menit, kopinya selesai. Tapi kan nunggu dia minum dulu, tapi cukup cepat sih, mungkin dia gak enak sama saya. #kepedean

Saya pun memulai perjalanan. "Cepat dikit ya, pak. Saya dikejer waktu nih!" "Baik, mas!"

Ditengah perjalanan, saya mulai bertanya, "Pak, biasa narik sampai jam berapa?" "Tergantung, biasanya sih bisa sampai jam 10, kalau sepanjang bulan puasa ini sih jam 9." "Mulai dari jam?" "Jam 8 apa 9!" "Sepanjang bulan puasa juga?" "Iya!"

Lalu, saya penasaran, tetep puasa terus apa gak ya? Tapi saya ragu untuk bertanya secara langsung. Tetapi, karena rasa penasaran saya sudah sangat tinggi, saya tembak juga.. masnya! "Puasa lengkap?" "Alhamdullilah, mas, masih full!" Itu adalah puasa hari ke-11 atau 12.

Luar biasa! Kalau hari-hari biasa, lelah sih pasti, tapi bisa minum. Kalau puasa?

"Hebat, pak!" "Biasa saja!" "Mudik gak nih?" "Gak!" "Asal mana?" "Jawa Tengah," jawabnya. "Udah berapa tahun gak pulang?" "Ini tahun ke-3."

"Mas, gedung yang ini bukan?" "Iya, bener!" Tanpa terasa, saya sudah sampai di tempat yang saya tuju. Kalau boleh, saya pengen ngobrol lebih lama lagi. Tapi, karena sudah sampai, mau dikatakan apa lagi? Kita tak akan pernah satu! #kayaknyalirik

"Makasih ya, pak!" Saya tinggal tanpa membayar ongkos.. enggak lah! Saya kasih 50 ribu, "Ambil saja kembaliannya, pak! Motornya saja buat saya!" Bercanda!

Saya tiba di lokasi sekitar pukul 18.55. Jadi, seharusnya nih saya telat.. seharusnya ya! Saya naik ke ruangannya, dan benar, sesuai prediksi saya, acara belum dimulai, nice! Tahu begini, saya tungguin pak supir, "Pak, minumnya santai aja! Sambil main capsa juga boleh!"

Pengalaman ini sangatlah berharga buat saya. Saya jadi kagum sama orang muslim yang taat menjalankan ibadah puasa, tanpa menjadikan itu alasan untuk bermalas-malasan. Saya jadi pengen mencoba ikutan puasa, mungkin tahun depan, semoga aja!

Lalu, selama ini, yang saya bayangkan ketika mendengar kata mudik, macet, berlibur, bahagia. Tapi ternyata, gak semua orang bisa menikmati waktu indah tersebut bersama keluarga, padahal mereka sangat mau, mereka rindu!

Bukan hanya supir ojek tadi, ternyata banyak sekali! Kemarin, sebelum saya menulis ini, adalah hari pertama lebaran. Banyak rumah makan yang tutup, jadi kami cukup kesulitan menemukan yang buka. Akhirnya kami menemukan satu. Setelah makan, ayah saya iseng nanya, "Gak pulang?" "Gak dapet jatah, pak! Nanti abis lebaran!"

Ini menjadi cambukan buat saya, yang masih tinggal satu atap dengan orang tua, tapi kadang bersikap acuh tak acuh. Keras kepala, gak mau denger-dengeran! Gengsi minta maaf, bilang sayang, bahkan ngucapin selamat ulang tahun aja kadang malu! Saya, dan kalian, harus lebih bersyukur masih punya mereka dan secara jarak dekat sama mereka. Kok, jadi curhat begini, ya!

Momen lebaran kali ini menyadarkan saya, lewat sebuah pengalaman sederhana. Bukan lewat tayangan di layar kaca, tetapi seorang pekerja keras, dengan semangat tiada tara!

Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian punya pengalaman, juga? Share, ya! #BryanECHardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun