Mohon tunggu...
Bryan Eduardus
Bryan Eduardus Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Warga Negara yang Bersuara Lewat Kata-Kata! | https://telemisi.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengusiran Wartawan Pada Aksi "Super Damai 212", Pelajaran Bagi Semua Pihak!

2 Desember 2016   22:59 Diperbarui: 2 Desember 2016   23:25 3534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

212, 2 Desember 2016, diadakan sebuah aksi "Super Damai" yakni kegiatan doa bersama yang sekaligus merupakan kelanjutan dari kegiatan demonstrasi 411 (4 Nov) sebelumnya. Pada aksi doa bersama kali ini, kegiatan dipusatkan di sekitar Monas. Izin yang diberikan pihak kepolisian untuk penyelenggaraan kegiatan ini dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 1 siang. Kegiatan aksi "Super Damai" kali ini difokuskan dengan kegiatan berdoa demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Kegiatan ini dihadiri oleh banyak sekali umat Muslim dari seluruh wilayah di Indonesia. Saya tidak akan memberikan angka pasti mengenai berapa banyak jumlah peserta aksi karena belum ada sumber terpercaya yang menyatakan secara pasti mengenai berapa banyak jumlah peserta yang hadir. Namun menurut beberapa sumber yang ada, jumlah umat yang ikut dalam aksi "Super Damai" ini terhitung jutaan.

Sesuai dengan namanya, aksi "Super Damai" ini memang berlangsung dengan damai. Para peserta mampu menjaga kondisi tetap dingin. Kondisi damai ini juga diapresiasi oleh presiden RI, Jokowi dalam pidato singkatnya setelah sholat bersama. Namun ada sebuah kejadian sedikit menggangu yang terjadi yakni berhubungan dengan pengusiran wartawan yang sedang meliput jalannya aksi "Super Damai" ini.

Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari beberapa sumber, wartawan yang mengalami pengusiran oleh massa yang berkumpul berasal dari salah satu stasiun televisi berita, Metro TV. Tindakan ini sudah ramai diperbincangkan sejak siang hari di media sosial Twitter. Penyebab tindakan pengusiran ini adalah kesalahan "pemberitaan" yang disampaikan reporter lapangan Metro TV mengenai jumlah peserta aksi 212 kali ini. Sang wartawan menyatakan bahwa peserta aksi 212 berjumlah sekitar 50 ribu orang. Informasi yang kurang tepat inilah yang memancing emosi para massa yang memutuskan untuk mengambil tindakan pengusiran terhadap wartawan tersebut. Bahkan mereka menyatakan Metro TV sebagai televisi penipu dan lain sebagainya.

Ada hal yang ingin saya luruskan terlebih dahulu mengenai sistem kerja seorang reporter lapangan. Seorang reporter lapangan menyusun laporannya sendiri berdasarkan beberapa hal yang ia temukan di lapangan serta juga dengan data yang telah ia kantongi sebelumnya. Tugasnya adalah menyampaikan laporan secara transparan dan sebenar-benarnya sehingga seharusnya laporan yang diberikan dari lapangan merupakan informasi yang tepat dan akurat. Namun bagaimanapun, wartawan tetaplah manusia yang dapat berbuat kesalahan.

Dalam hal ini, menurut saya kesalahan informasi ini murni kesalahan dari sang wartawan sendiri mungkin antara kesalahan informasi atau kesalahan penyampaian saja. Mungkin yang ingin disampaikan bukanlah jumlah massa secara total namun massa yang berkumpul di sebuah wilayah tertentu. Ini harus menjadi sebuah pelajaran bagi semua wartawan secara umum untuk memastikan terlebih dahulu informasi yang akan diberikan karena informasi yang disampaikan lewat media akan sangat cepat tersebar dan terpublikasikan. Kejadian ini juga dapat menjadi pelajaran bagi pihak stasiun televisi. Jika mereka merasa ada informasi yang sedikit kurang tepat dari wartawan di lapangan, pihak mereka melalui news anchor di studio dapat menanyakan ulang untuk memastikan atau bahkan meluruskan informasi yang keliru semacam ini.

Tindakan pengusiran yang dilakukan oleh massa juga tidak bisa dikatakan sepenuhnya tepat karena wartawan juga memiliki hak untuk mencari informasi secara terbuka. Selain itu, sebelum melakukan tindakan pengusiran, seharusnya para massa menanyakan secara jelas terlebih dahulu kepada sang wartawan. Banyak cara lain yang dapat dilakukan selain melakukan tindakan pengusiran semacam ini.

Semoga saja lewat kejadian ini semua pihak dapat belajar untuk lebih bersikap dewasa khususnya dalam kondisi-kondisi "rawan" seperti ini. Hargailah profesi seorang wartawan dan jangan menganggap pekerjaan seorang wartawan itu mudah. Disaat kita didorong untuk memberitakan informasi terbaru dan selengkap-lengkapnya dalam kondisi belum ada kabar yang pasti dari sumber-sumber lain. Merupakan sebuah "perjudian" untuk memberikan informasi berdasarkan pengamatan sendiri yang mungkin saja salah. Hal ini mungkin saja yang menjadi penyebab kekeliruan informasi ini. ~ BryanTvHardi

Bagaimana menurut anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun