Hari ini situasi politik mengenai jalur majunya Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 semakin memanas. Ada kabar yang berhembus yang mengatakan bahwa Ahok akan segera mengumumkan keputusan resmi mengenai jalur pencalonannya serta pendampingnya hari ini namun hingga malam hari ini belum ada kabar resmi sehingga kemungkinan besar akan diumumkan besok, 27 Juli 2016. Hal ini dapat kita simpulkan setelah mendengar pernyataan dari salah satu anggota Teman Ahok, Singgih Widyastono yang menyatakan bahwa pada tanggal 27 Juli 2016 akan diadakan halal bi halal yang menghadirkan pula perwakilan dari berbagai pihak termasuk partai politik yang telah mendukung Ahok. Kemungkinan besar kegiatan tersebut juga akan menjadi tempat Ahok mengumumkan jalur atau kendaraan yang akan ia gunakan untuk kembali maju menjadi calon gubernur DKI Jakarta mendatang dengan status petahana.
Galaunya Ahok dalam memutuskan hal inipun bukan hanya melibatkan dirinya sendiri namun juga banyak pihak lain yang akan merasakan efek atau dampak dari pemilihan jalur politik yang akan ia pilih. Ini pastinya menjadi salah satu keputusan tersulit yang harus diputuskan Ahok mengingat ia akan berusaha untuk tidak mengecewakan salah satu pihak dari keputusan yang akan ia buat. Keputusan ini juga harus segera diumumkan secara resmi agar mengurangi "isu-isu" seputar hal ini dan tidak membuat masyarakat bosan dengan hal ini karena terlalu larut lama lalu memutuskan untuk tidak mendukung Ahok kembali.
Pertama kita akan lihat dari sisi seorang Ahok. Ahok dalam hal ini bisa diibaratkan sedang berada di pertigaan pilihan jalur yang harus ia pilih dalam kasus Pilkada DKI Jakarta 2017 ini. Jalur pertama adalah maju melalui jalur independen dengan modal dukungan 1 Juta KTP yang telah dikumpulkan Teman Ahok. Hal ini tentu akan memberikan harapan baru bagi masyarakat yang sudah muak dengan partai-partai politik. Namun tetap saja maju lewat jalur independen membutuhkan usaha yang lebih besar mengingat partai politik tentunya telah memiliki mesin yang lebih besar dan masif untuk membantu memenangkan Ahok.
Jalur kedua yang dapat dipilih Ahok adalah lewat jalur partai politik baik itu melalui PDIP yang sebenarnya belum mengumumkan secara resmi atau melalui partai-partai yang sudah lebih dulu secara resmi memberikan dukungan mereka yaitu melalui NasDem, Hanura, serta Golkar. Namun maju lewat jalur ini juga akan menimbulkan pertidaksetujuan bahkan menjadi bahan cibiran bahwa Teman Ahok hanya dijadikan alat "bargaining" untuk Ahok agar mendapatkan simpati yang besar dari masyarakat. Sedangkan jalur ketiga yang masih mungkin terjadi walaupun sangat kecil kemungkinannya adalah Ahok mengurungkan niatnya untuk maju menjadi calon gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta mendatang.
Kali ini kita akan melihat dari sisi Teman Ahok. Organisasi kumpulan anak-anak muda yang telah berjuang berbulan-bulan mengumpulkan KTP untuk mendukung Ahok maju lewat jalur independen kini dihadapkan dengan kemungkinan bahwa Ahok yang mereka dukung selama ini batal maju lewat jalur independen dan memilih untuk maju lewat jalur partai politik. Mereka pun sudah mulai menyadari bahwa kemungkinan mereka mengusung Ahok dalam Pilkada mendatang mulai berimbang dengan kemungkinan maju lewat partai politik setelah sebelumnya mungkin lebih condong maju lewat jalur independen. Mereka pun dalam beberapa kesempatan menyatakan sikap mereka dan menyatakan bahwa bukan persoalan maju lewat jalur apa yang terpenting Ahok bisa kembali memimpin DKI Jakarta. Namun sebagai manusia tentunya ada rasa kecewa kan? Apa mereka benar-benar ikhlas?
PDIP juga seakan dibuat menggantung oleh Ahok hingga saat ini. Di satu sisi, mereka tahu bahwa mengusung Ahok merupakan pilihan terbaik dan terealistis dari pilihan mendukung calon-calon lainnya. Namun sebagai partai pemegang kursi terbanyak, mereka tentunya tidak ingin harga diri mereka jatuh dengan mudahnya mendukung seorang Ahok tanpa syarat dan maju lewat jalur independen. Ingat, mereka ingin mengusung bukan mendukung! Jadi hampir tidak mungkin melihat melihat PDIP akan mendukung Ahok tanpa syarat seperti partai lainnya yang sudah menyatakan sikap.
Heru yang awalnya dipilih Ahok untuk menemani beliau maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang pun berada dalam kondisi yang "galau". Bagaimana tidak "galau", jika Ahok tetap maju lewat independen maka hampir bisa dipastikan bahwa Heru yang akan mendampingi Ahok. Namun jika Ahok maju lewat jalur partai politik khususnya PDIP maka hampir bisa dipastikan bahwa yang akan mendampingi Ahok adalah Djarot yang notabenenya merupakan wakilnya saat ini. Selain itu, beberapa hari ini nama Heru sedang ramai dibicarakan perihal komunikasinya dengan M. Taufik. Apa ini akan membuat Ahok batal maju bersamanya? Djarot juga tentunya sedang "berharap" bahwa Ahok akan maju lewat partainya yaitu PDIP agar beliau tetap bisa mendampingi Ahok sebagai wakil gubernur.
Hanya waktu yang dapat menjawab semua misteri-misteri ini...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H