Keindahan Perbedaan di Pesantren
Pagi itu, kami berkumpul untuk bersiap-siap memulai perjalanan menuju rumah baru kami selama tiga hari kedepan. Pengalaman pagi itu terasa aneh, meninggalkan zona nyaman untuk menemukan pengalaman yang baru. Saat itu, kegelisahan terus memenuhi pikiran-pikiranku dengan pertanyaan tentang apa yang menanti di Pesantren Darul Falah Cihampelas.
Perjalanan kami dimulai dari keramaian kota menuju suasana pedesaan di Cihampelas. Latar di luar jendela berganti, dari kesibukan perkotaan menjadi hijaunya pegunungan Bandung. Seiring waktu, rasa gelisah yang semula, perlahan-lahan berubah menjadi rasa penasaran.
Penasaran dengan kehidupan di pesantren, dengan cara mereka menerima kami, dan terutama dengan pelajaran berharga yang mungkin kami bawa pulang dari mereka setelah ekskursi ini.
Setibanya di Pesantren Darul Falah, kami disambut dengan senyum hangat para santri dan anggota pesantren. Siang itu, suasana begitu ceria, penuh dengan semangat dan tawa mereka yang menyapa kami tanpa ragu. Meski perbedaan antara siswa Kanisius dan para santri begitu terlihat, tidak ada rasa pergesekan antara kami. Sebaliknya, perbedaan itu justru menjadi topik untuk kami berbicara, beraktifitas, dan saling belajar.
Saling Mengenal, Saling Menyayang
“Perbedaan dalam berbagai hal termasuk aliran dan agama, sebaiknya diterima karena itu bukan sesuatu masalah.” -Gus Dur
Keberagaman adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bangsa ini. Ibaratnya, Indonesia adalah sebuah lukisan yang dipenuhi oleh warna-warni budaya, bahasa, dan agama berbeda. Dalam keberagaman itulah kita bisa menemukan visi untuk bersatu. Dan persatuan tersebut diciptakan oleh rasa pemahaman yang mendalam dan keinginan untuk saling melengkapi satu sama lain.
Pengalaman selama di pesantren Darul Falah mengingatkan saya pentingnya untuk memahami satu sama lain yang berbeda. Dan nyatanya, kehidupan di Darul Falah memberi saya sedikit gambaran kecil dan pemahaman terhadap agama Islam.
Selama tiga hari, saya melewati berbagai kegiatan bersama yang semakin menanamkan nilai toleransi dalam hati kami masing-masing. Dari kegiatan-kegiatan seperti shalat berjamaah, mengaji, hingga ikut belajar di ruang kelas mereka.
Namun, satu hal yang paling membekas di ingatan saya adalah pembahasan saat mengaji tentang perbuatan baik menurut berbagai agama. Dari pengalaman tersebut, saya belajar bahwa ternyata ada banyak kesamaan di antara kami yang berbeda agama.
Saya menyadari bahwa semua agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah sesuatu yang seharusnya memecah belah Indonesia. Sebaliknya, melalui keberagaman, kita sebenarnya dapat menemukan kesatuan dalam nilai-nilai kebaikan yang kita anut bersama.
Membangun Keberagaman yang Harmonis
Dengan adanya keberagaman, timbul juga ancaman sumber konflik. Salah satu cara untuk mengatasi ancaman ini adalah untuk menciptakan titik temu. Dalam hal ini, ekskursi di Pesantren Darul Falah yang membangung pemahaman dan sikap menghargai orang lain.
Seperti apa yang dikatakan tokoh besar Mahatma Gandhi, "Kelemahan adalah sikap yang menyendiri, kekuatan adalah sikap yang menghargai orang lain.". Dalam perjumpaan di Darul Falah, rasa saling menghargai itu terlihat sangat jelas. Tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Bahkan kami yang berbeda pun tetap diterima dengan ramah dan dianggap sahabat oleh mereka.
Pengalaman ekskursi di pesantren sungguh membangun rasa toleransi di jiwa-jiwa kami semua. Penanaman pemahaman akan sesama ini akan berguna bagi masa depan Indonesia, di mana pemuda dapat saling menghargai perbedaan.
Dengan belajar menghargai sudut pandang yang berbeda dan membangun rasa hormat yang mendalam terhadap keyakinan serta budaya satu sama lain, kami dapat menanam bibit untuk masa depan Indonesia yang semakin bersatu dan bertoleransi.
Keberagaman yang ada di Indonesia adalah anugerah yang harus dijaga. Menurut sebuah studi dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), keberagaman budaya dan agama di Indonesia dapat menjadi modal sosial yang kuat jika dikelola dengan bijaksana. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga persatuan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk generasi muda.
Refleksi untuk Masa Depan
Hari terakhir di Pesantren Darul Falah terasa haru. Saat pagi, kami berkumpul untuk bertemu dengan pengurus pesantren, dan menyampaikan harapan kami untuk kedepannya. Momen itu, kami mengharap bahwa pengalaman ini menjadi sebuah batu pijakan untuk masa depan Indonesia.
Tiga hari di pesantren membuktikan bahwa perbedaan merupakan hal yang sangat indah, dan kita perlu menyikapinya dengan cara yang benar. Interaksi sederhana seperti saling berbicara dan bekerja sama dapat membangun kesadaran bahwa, meski kita berbeda secara keyakinan atau budaya, kita memiliki tujuan dan harapan yang serupa.
Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa keberagaman harus ditindak dengan baik. Generasi muda harus mempraktekkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari, dan membangun masyarakat yang saling menghormati. Dengan langkah kecil ini, Indonesia dapat semakin bersatu dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H