Aku adalah Qays, Majnun si gila
Namaku bagaikan jubah yang dikenakan para pecinta
Kisahku adalah sandang permata para darwis
Dan deritaku adalah jalan satu-satunya
Sebab cintaku, Layla
Hanya layak ditebus dengan segala duka yang mampu ditanggung
dan segala beban yang dapat dipikul setiap anak manusia
Di depan Layla, jiwaku tak ada harganya
Hidup dan matipun tiada beda
Apalagi sekadar waras maupun gila
Sebab bagiku, ia milikku dan aku miliknya
Kegilaanku menjadi dongeng di seluruh penjuru negeri
Telah nyata bahwa cinta, tak tertanggung tak terperi
Dan akal seolah tercerabut dari tempatnya bersemayam
Dalam diam ia merindukan yang dikasihi
Kerinduan pula yang membuat akalku keluar melangkah
Tanpa tujuan, tak tentu arah
Berputar-putar arungi waktu lintasi galaksi
Demi wajah Layla dan pipinya yang memerah
Kukatakan padamu inilah jalan satu-satunya
Yang mengantarkanmu kepada Ia yang satu-satunya
Coba barangkali aku lupa, ingatkan aku:
Adakah kisah para kekasih itu luput dari duka-derita?
Adam dengan pengusirannya dari sorga yang menghinakan
Nuh dan banjir besar yang menenggelamkan
Ibrahim yang dibakar raja Nimrod
Serta cerita anaknya yang dikorbankan
Yakub yang buta karena kesedihan
Mengingat anaknya, Yusuf yang dilemparkan ke sumur buangan
Tubuh nabi Ayub yang mengelupas dipenuhi nanah
Dan Musa yang dikejar-kejar bagai hewan buruan
Sulaiman dan anaknya yang tidak sempurna
Rintihan Yunus di dalam perut ikan raksasa
Zakaria dan Yahya yang dibunuh kaumnya sendiri
Dan Isa diatas salib penderitaanya
Lalu sang nabi terakhir lahir ke dunia
Sejak kecil tanpa ibu-bapa
Ia yang mencintai Khadijah yang pergi lebih dulu
Ia yang ditinggalkan Abu Thalib, pamannya
Ia setia pada pahit jalan kebenaran
Menolak matahari dan bulan di telapak tangan
Ia lapar, maka ia ikat di perutnya tiga buah batu
Saat Masyriq dan Magrib dalam genggaman
Ia adalah bapak yang ditinggalkan mati anaknya
Ia adalah kekek yang mengetahui penyebab kematian cucu-cucunya
Kepalanya dilempari batu sehingga berdarah
Tulang pipinya terluka tergores anak panah
Tahukah engkau apa yang terucap olehnya?
"Ampunilah mereka. Ampunilah."
Kematiannya tak tinggalkan sekepingpun emas warisan
Kehidupannya jika ada sedinar saja di bawah bantal, tidurpun beliau tinggalkan
Puji-pujian yang begitu merdu terucap senantiasa
Sembari kakinya bengkak sembayang semalaman
Terusir dari rumah sendiri
Dianggap gila, Majnun sepertiku, seberangi negeri-negeri
Dihina, difitnah, disiksa lahir-batin
Diolok-olok dan diperangi
Begitulah kiranya jalan para kekasih
Layla hanya menggelar jalan penderitaan bagi si pencari
Karena Ia manikam merah yang tersembunyi
Sang penyelam lautan kebenaran harus rela kehabisan nafas
Demi dasar laut tempat Ia ingin diketahui
Maka, ijinkan aku, Majnun si gila berkata kepadamu:
Kenakanlah jubahku, jalanilah kisahku dan setialah di jalanku
Sebab sebagaimana aku mencintai Layla
Semoga Layla juga menerima cintamu
Kotawaringin, 12 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H