Untuk Ranindhita.
Nak, terima kasih.
Telah kau pilih aku sebagai ayahmu
Dan telah kau pilih istriku sebagai ibumu.
Kau terima takdirmu sebagai anakku.
Telah kau pilih hidup.
Kau setujui segala
Yang dianugerahkan padamu.
Terima kasih
Karena di hidupku yang singkat ini,
Engkau mau menghadirkan dirimu
Diatas pangkuanku
Dalam dekap hangat pelukan ibumu.
Nak, tolong.
Nanti kalau kau sudah pandai berkata-kata,
Jangan kau suka meninggikan suara.
Apalagi menggunakan ketajaman lidahmu
Ke dia yang mengajarimu bicara.
Jadilah anak yang cerdas.
Gunakan kecerdasanmu itu untuk mengenali
Dirimu sendiri.
Karena ia yang telah mengenal dirinya,
Mengenal Tuhannya.
Nanti saat kau mulai dewasa,
Kau akan mengetahui seberapa keras dunia.
Maka lembutkanlah hatimu
Dan obatilah mereka yang terluka karenanya.
Carilah lelaki yang baik-baik.
Yang menempatkanmu sebagai wanita kedua,
Setelah ibunya,
Wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta.
Lelaki yang dengan selamat,
Membawamu menghadap tuhan di akhirat.
Kalau lelaki itu datang, katakan padaku.
Akan ku terima lamarannya
Tanpa banyak bertanya ini-itu.
Nak, maaf.
Atas semua kesalahan
Yang telah dan akan kami lakukan.
Atas setiap kekeliruan
Yang membuatmu tidak nyaman.
Atas segala kekurangan kami
Dalam membesarkanmu nanti.
Kau mungkin belum mengerti,
Kenapa aku katakan semuanya hari ini.
Hari esok mungkin tak pernah ada
Atau sebelumnya kami telah tiada.
Tuhan, ini hanya sepucuk surat
Yang tak perlu dirawat.
Namun, semoga Engkau berkenan
merawat penerimanya.
Jakarta, 27 Oktober 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI