Wahai malam tanpa rembulan. Dingin berhembus angin sapuan. Berat sauh telah diangkat. Teramat jauh kami berangkat.
Wangi bunga dalam mimpi. Semoga tidur mereka kau singgahi. Si anak kesayangan. Dan keluarga yang kami tinggalkan.
Pulau kosong tanpa penghuni. Mohon hantumu tetap sembunyi. Saat kami lewat berlayar. Saat bintang kami kejar.
Warna jingga mentari pagi. Bersinar indah sejukkan hati. Terang sudah hilang kelam. Tiada terpejam mata semalam.
Kepada perahu penjala ikan. Sabarlah pada ombak terpaan. Lihat tuanmu bercucur keringat. Diatas dirimu punggung tersengat.
Sepuluh tahun lama digunakan. Lubang ditambal benang sulaman. Jala rajutan kuat terlempar. Mengembang lebar saat ditebar.
Ikan ikan yang ditangkap. Setelah bercakap kami berucap. Doa untuk kalian yang diberkati. Yang nanti mati demi kami.
Makhluk seram laut dalam. Hilangkan niat ke permukaan. Berikan izin kepada kami. Kembali ke rumah keluarga menanti.
Gelombang ganas laut utara. Rendahkan guruh gemuruh suara. Agar badai tidak datang. Perahu kami bisa pulang.
Ramai pulau yang kami tinggali. Terlihat sudah dari sini. Suara anak anak mulai terdengar. Bermain berlari saling kejar.
Pasir putih pantai labuhan. Ramahlah pada kaki nelayan. Kuburkan dulu bulu babi. Disini kami bawa rezeki.
Sampai di daratan. Kepada tuhan. Terima kasih kami tak terkirakan.
Kepulauan Seribu, 09.00
9 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H