Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Tamu

1 Maret 2019   05:30 Diperbarui: 1 Maret 2019   18:48 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau ketuk. Namun tak boleh masuk. 

Kau masih tamu. Aku tak berani buka pintu. Nanti berderit. Puisiku sedang sakit. Ia diatas ranjang kayu. Bekas nenekku. 

Meringkuk di bawah selimut. Tangannya menutup wajah. Semalam suntuk. Batuk berdarah. 

Kau masih tamu. Jangan bangunkan puisiku. 

Biarkan ia tidur sejenak. Beristirahat. Sore tadi bilang sudah muak. Minum obat. 

Obat darimu kadaluarsa. Berbentuk pil. Sebesar kepala. Kau paksakan masuk di mulut kecil. Puisiku yang mungil. 

Ia masih terlalu muda. Untuk diberitahu. Celoteh yang kau bilang obat. Segala yang kau anggap jamu. 

Pernah sekali kutanya. Apa yang puisiku sukai. Katanya. Selain politik dan birokrasi. 

Maka orang pemerintah tak boleh kesini. Bukan apa apa. Memang dirumah ini. Selain melepas sandal. Kau juga harus tinggalkan pangkat di luar. 

Maukah kau pergi karena ia sedang merana. Puisiku tak mau disuapi sedang pengasuhnya makin tua. 

Medan, 01.00
1 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun