Waktu kecil aku tidak mau kalah sama orang dewasa. Dalam hal apapun, terutama soal makanan. Mulai dari sekedar masalah perbedaan porsi makan, sampai masalah tingkat kepedasan..
Aku ingin cepat dewasa supaya bisa dapat akses bebas melihat majalah berisi mbak-mbak yang cuma pakai kancut dan beha; Supaya bisa dapat akses main game tanpa batas waktu; Supaya bisa tidur diatas jam 10 malam..
Mula-mula, aku percaya diri kalau makan banyak bisa membuat anak TK cepat-cepat menyusul sepupuku yang sudah jadi Mahasiswa Trisakti..
Tapi sayangnya aku cuma boleh makan mie 1 bungkus, sedangkan sepupuku boleh makan mie 2 bungkus.. Itu pun seminggu sekali.. Sementara mereka boleh makan 3 hari sekali..
"Kalau makan mie terus, ususnya bisa melungker." kata Mamaku dulu..
Aku merasa ini adalah bentuk konspirasi dari orang tua yang pernah bilang "Anak-anak itu kalau masih kecil, imut-imut. Tapi alau sudah besar amit-amit."
Aku tidak putus asa. Aku dapat ilham bahwa masih ada standar kedewasaan lainnya, setelah menonton sepupuku makan sepiring kentang goreng.. Dia pakai banyak saos, dan orang yang lewat memuji "Ih berani banget makan pedes!" dan dia tersenyum.. Senyum yang aku terjemahkan sebagai ledekan..
Aku minta digorengkan kentang juga! Aku mau pakai saos pedas! Tapi aku tidak kuat pedas! Maka aku colek setiap batang kentang ke saos tomat, dan berlagak kepedesan didepan para orang dewasa!
Tapi apa reaksinya!? Mereka tertawa!!
Aku merasa seisi rumah sedang berkonspirasi melarangku menjadi dewasa! Mereka memang jahat semua!
Pada akhirnya usaha pantang menyerahku untuk dewasa menemukan jalan lewat tempe penyet. Sebuah rasa surgawi yang pengar dan pedas, tapi begitu enaknya sampai aku lupa kalau itu sangatlah pedas..
Sejak saat itu aku sanggup makan pedas! Minimal seminggu sekali aku makan tempe penyet! Lalu merambah ke sambal terasi! Lalu ikan balado! Lalu sambal lado mudo!
Dan beberapa belas tahun kemudian, aku nyesel jadi dewasa. Pingin balik ke anak-anak lagi.. Fyuh.. Mungkin ini alasannya mereka berkonspirasi: Supaya aku tetap jadi anak-anak, dan terbebas dari beban dunia..
- Bryan H.SÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H