Aku mengatur posisi dudukku semula. Kami terdiam sebentar. Ia melihat ke luar jendela. Badanku menyandar. Aku ikut melihat keluar jendela. Langit yang biru. Nyaris tanpa awan. Suasana pesawat terkesan lenggang. Beberapa pramugari berjalan dan menawarkan kue dan minuman yang di jual di atas pesawat dan yang pasti harganya juga harga langit. Berbeda dengan jualan yang ada di darat. Lebih murah. Padahal barangnya sama saja.
Aku melihat dia lagi. Meliriknya. Ia melihatku. Pupil mata kami persis bertemu. Hanya saja matanya yang ada di balik kacamatanya terlihat lebih bersinar dan hangat. Ia tersenyum. Menunduk. Aku ikut tersenyum. Menunduk. Aku lebih merasa tenang. Jantungku stabil. Tidak semrawut. Nafasku teratur. Suara mesin pesawat terdengar teratur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H