Mohon tunggu...
Bryan de Mang
Bryan de Mang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa filsafat-Teologi. Cinta membaca. Senang menulis. Berkuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.

Sangat senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

90 Menit bersama Wanita Turki II

30 April 2019   16:13 Diperbarui: 30 April 2019   16:41 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kesan kamu untuk Indonesia apa sih? Aku bertanya lagi.

"Di Indonesia itu geraknya lambat dan jam karet. Pernah ketika aku mau kuliah, jadwalnya mulai pukul 08.00 pagi. Saat itu, aku nunggu di kelas sampai dua jam loh. Aku sampai tertidur. Orang bergerak juga sangat lambat. Berbeda dengan di China. Namun di Indonesia sangat menyenangkan. Orang-orang begitu ramah dan antusias ketika ditanyain. Apa lagi ketika aku menanyakan jalan. Pelayanannya juga sangat baik. Ketika aku membeli sesuatu di toko, barang-barang yang aku beli dimasukkan dalam tas. Kalau di China, ada sih satu dua orang yang baik, jika ditanyain jalan dikasi tahu tapi umumnya mereka cuek karena begitu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. dan kalau membeli sesuatu di toko, kita sendiri yang mengisinya dalam keranjang. Ya, kayak gitu..." bahunya terangkat.  Aku memperhatikan.

"Terus, kamu sudah punya teman orang Indonesia??" aku menggaruk ujung hidung

"Ada sih.." wajahnya meyakinkan

"banyak nggak?" aku menyelidik 

"Cuman dua. Dua-duanya itu tutor aku..." Ia tersenyum nyengir

"Terus teman-teman kelas kamu?" tanyaku. Badanku agak condong

"Banyak juga. Ada yang dari Jerman, Korea, Belanda, Inggris, Jepang, Malaysia. Semuanya belajar bahasa Indonesia..." Aku mengangguk-angguk lagi. 

"Kamu harus punya banyak teman orang Indonesia, Bi. Biar kamu bisa tahu budaya, adat dan kebiasaan orang-orang Indonesia. Walau kita se-negara budaya-budayanya beda loh. Budaya di Jogja aja beda sama budaya di Manado tempat aku tinggal..." aku menawarkan

"Iya sih, tapi....." ia menunduk

"Iya juga sih.." menambah sambil mengangguk ringan. Aku tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun