PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, membentang hingga 7,81 juta kilometer persegi dan dinobatkan sebagai negara keempat dengan penduduk terbanyak di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya nya yang terbentang ke 37 provinsi berbeda. Semboyan 'Bhineka Tunggal Ika' menjadi salah satu dari banyak indikasi bahwa Indonesia adalah negara majemuk dengan berlimpahnya perbedaan budaya, suku, agama, dan ras. Disinilah integritas nasional memiliki peran penting dalam menjaga persatuan Indonesia. Perbedaan suku, agama, ras, dan kebudayaan menjadi salah satu kekayaan Indonesia, namun masih ada suatu paham yang berpotensi merusak kekayaan kebegaraman Indonesia yaitu rasisme.
Rasisme merupakan suatu pandangan kejiwaan tentang identitas primer seperti suku, agama, dan ras yang diopresi sebagai siasaat hirarki kelompok sosial. Ciri fisik suatu ras diyakini memiliki pengaruh terhadap sikap, moral, kecerdasan, dan perilaku suatu ras oleh gagasan ini. Gagasan ini tentunya mengancam integritas nasional Indonesia sebagai suatu negara dengan salah satu penduduk terpadat di dunia. Gagasan rasisme dapat menular dari 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari lingkup keluarga, dan dalam lingkup keluarga dapat terjadi doktrin terhadap suatu golongan rasa tau masyarakat tertentu. Faktor eksternal seperti masyarakat mungkin lebih sering ditemui dalam masyarakat dan menjadi faktor yang paling efektif dalam menyebarkan rasisme. Ujaran kebecian, kebijakan yang menguntungkan suatu kelompok tertentu saja, stigma dalam masyarakat terhadap suatu golongan, hanyalah sekian dari contoh rasisme dalam lingkup eksternal.
Rasisme juga dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penerapannya :
-Rasisme terbuka
Bentuk rasisme ini mungkin yang paling mudah untuk dikenal. Rasisme terbuka merupakan tindakan kekerasan fisik atau mental secara terbuka yang melibatkan antar individu atau kelompok
-Rasisme Tertutup
Rasisme dalam bentuk ini tidak langsung dapat dilihat atau dialami. Bentuk rasisme ini mengarah pada kebijakan, norma, atau lembaga masyarakat yang cenderung hanya merugikan atau menguntungkan suatu kelompok tertentu.
Rasisme menjadi permasalahan yang tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara lainnya di berbagai benua. 2020 silam seorang etnis Afrika-Amerika dengan nama George Floyd meninggal akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh seorang petugas polisi di Minneapolis Amerika Serikat. Peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh profil rasial terhadap etnis Afrika-Amerika oleh pihak aparat kepolisian dan sudah menjadi permasalahan yang lama meradang di Amerika. Hal serupa terjadi di Indonesia pada 2019 silam di Surabaya dimana mahasiswa Papua mengalami tindakan diskriminasi. Insiden ini disebabkan oleh rusaknya bendera merah putih Indonesia di asrama mahasiswa. Tanpa penyelidikan lebih dalam mengenai mengapa bendera bisa rusak, oknum yang diduga dari pihak kepolisian, ormas, dan TNI mengepung asrama sehingga mahasiswa Papua di dalamnya terjebak dan tidak bisa keluar. Akhirnya pengepungan diberhentikan, mahasiswa di dalam asrama diperiksa dan diketahui bahwa mereka tidak mengetahui apapun mengenai rusaknya bendera Indonesia di asrama mereka. Pengepungan ini dilatarbelakangi oleh stigma masyarakat sekitar bahwa orang Papua ingin memisahkan diri dari Indonesia akibat beberapa upaya di Papua untuk merdeka dari Indonesia. Kasus seperti ini sudah termasuk dalam jenis profil rasial karena Tindakan oknum untuk mengepung asrama tanpa adanya penyelidikan terlebih dahulu.
Tidak hanya di dunia nyata namun di dunia maya pun juga terdapat kasus rasisme per bulan Januari -- September 2019 terdapat 22 kasus rasisme di media sosial yang dilaporkan kepada pihak kepolisian. Mengingat bahwa Indonesia merupakan pengguna media sosial di Indonesia merupakan salah satu paling banyak di dunia, mencapai angka 191 juta per Januari 2022. Pengguna media sosial didominasi oleh pengguna berumur 18-24 dan menempati dudukan kedua adalah remaja berumur 13-17. Melihat perkembangan teknologi yang terus berkembang pesat dan bagaimana kabar bisa menyebar dengan cepat melalui media sosial, potensi terjadinya pemaparan gagasan rasisme di media sosial juga dapat berdampak buruk bagi masa depan dan integritas nasional Indonesia.
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG DAN PENYEBAB RASISME DI INDONESIA
Indonesia merupakan negara yang sudah melewati banyak dinamika dalam sejarahnya. Mulai dari pembebasan dari penjajahan, era pembangunan, dan hingga kini era reformasi. Namun, dalam dinamika bangsa Indonesia terdapat beberapa peristiwa yang menyangkut suatu kelompok ras tertentu. Organisasi Gerakan Papua Merdeka yang masih berdiri dan aktif hingga sekarang menjadi salah satu contohnya. Papua sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia, namun rakyat Papua merasa dimanfaatkan dari kekayaan alamnya.
Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, Papua digeruk terus akan sumber daya alamnya sedangkan rakyat di Papua tidak merasakan pembangunan selayaknya di Pulau Jawa. Hal tersebut melatarbelakangi berdirinya organisasi Gerakan Papua Merdeka dan berbagai upaya memerdekakan Papua dari Indonesia. Muncul suatu stigma dari masyarakat Indonesia diluar Papua bahwa orang Papua kurang beradab karena upayanya dari masa ke masa untuk memerdekakan diri dari Indonesia.
Bentuk fisik orang Papua juga terdapat perbedaan yang lumayan signifikan dari ras-ras di bagian Indonesia lainnya. Fisik orang Papua dan orang Indonesia Timur dicap menyeramkan akibat warna kulit mereka yang hitam, berbeda dengan ras-ras lainnya di Indonesia yang berwarna kulit sawo matang. Namun, tidak hanya orang Papua yang mengalami rasisme, sebab etnis Tionghoa di Indonesia juga kerap mengalami tindakan rasisme.
Etnis Tionghoa dicap sebagai komunis, sebab peristiwa pemberontakkan G30S PKI yang membunuh beberapa jenderal TNI. PKI singkatan dari Partai Komunis Indonesia menganut paham komunisme yang dipopulerkan negara Tiongkok. Orang mulai membenci etnis-etnis Tionghoa karena paham yang dianut oleh PKI berasal dari Tiongkok. Peristiwa 1998 juga menjadi indikasi akan rasisme terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Toko, rumah, dan barang milik etnis Tionghoa dijarah oleh massa dan wanita etnis Tionghoa diperkosa dan dibunuh dengan kejam. Latar belakang dari peristiwa ini adalah kecemburuan ekonomi terhadap etnis Tionghoa yang dipandang lebih sejahtera dibandingkan ras pribumi, ditambah resesi ekonomi yang terjadi membuat masyarakat gelisah dan marah.
ANCAMAN RASISME TERHADAP INTEGRITAS NASIONAL
Setelah membahas beberapa latar belakang dan penyebab rasisme, dapat beberapa poin yang dapat diambil mengapa gagasan rasisme dapat mengancam integritas nasional Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman yang berlimpah dan dalam sejarahnya, semua suku, agama, dan ras berkontribusi besar dimulai dari upaya kemerdekaan dari penjajah sampai pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa semua rakyat Indonesia baik ras, agama, dan suku manapun melengkapi satu sama lain untuk membangun bangsa Indonesia. Dibayangkan apa yang terjadi bila terjadi perpecahan antar masyarakat, semua upaya kemerdekaan yang diperjuangkan nenek moyang kita akan sia-sia.
Indonesia memiliki penduduk terbanyak ke-4 di dunia dan tersebar dalam 37 provinsi antara ribuan pulau. Apabila terjadi suatu perpecahan di dalam bangsa, pengendalian massa tentunya akan sulit akibat padatnya jumlah masyarakat Indonesia. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia termasuk paling banyak di dunia, mencapai 191 juta pengguna dari 273 juta penduduk Indonesia. Melihat bagaimana kabar atau berita dapat menyebar dengan cepat di media sosial, dan jumlah pengguna media sosial yang banyak, potensi rasisme dapat menyebar dengan cepat itu sangat berbahaya. Jika paham rasisme dapat menyebar dengan cepat, maka potensi terjadinya peristiwa kerusuhan seperti peristiwa tahun 1998 dapat terjadi lagi di berbagai daerah di Indonesia.
UPAYA PENCEGAHAN RASISME DI INDONESIA
Leluhur bangsa Indonesia sudah melihat bahwa keberagaman di Indonesia harus dipertahankan karena sudah menjadi salah satu kekuatan dan kekayaan bangsa Indonesia. Diciptakanlah semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Mata pelajaran PPKN yang mengajarkan kewarganegaraan kepada murid-murid dapat menjadi upaya untuk mencegah munculnya rasisme, hal ini dilakukan agar anak-anak terutama remaja tidak dipengaruhi oleh paham-paham seperti rasisme yang berlawanan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
Ujaran kebencian di media sosial dapat memicu rasa kebencian terhadap satu sama lain, dan dapat menyebar dengan cepat atau viral. Coba kita menggunakan hal yang sama namun bukan menyebar kebencian tapi menyebarkan cinta kasih. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat konten-konten positif yang menyebarkan paham cinta kasih, saling menghargai dan mempersatukan bangsa Indonesia.
KESIMPULAN
 Peristiwa-peristiwa sedih yang terjadi dalam sejarah dinamika bangsa Indonesia tidak selalu menjadi aib, melainkan bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia. Dari setiap peristiwa, kita bisa melihat dari penyebab mengapa peristiwa itu dapat terjadi dan menghindari hal-hal tersebut agar peristiwa serupa tidak akan terulang lagi. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh keberagaman dan sudah dianggap menjadi suatu kekayaan oleh negara-negara lain dan nenek moyang kita. Keberagaman ini yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita janganlah rusak oleh suatu gagasan yang primitif. Kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia bertanggungjawab untuk melestarikan kekayaan yang sudah diwariskan kepada kita dan akan kita wariskan lagi kepada penerus bangsa. Paham rasisme hanyalah sebagian masalah yang akan kita hadapi sehari-hari sebagai warga negara. Kita sebagai bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang kuat dan pintar akan menghadapi masalah yang muncul di masa kini dan masa yang akan mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H