Mohon tunggu...
Eny Fahriati
Eny Fahriati Mohon Tunggu... -

cant stop dreamin'.\r\nkelahiran Barabai, Kal-Sel 01 Juni 1990.\r\nInstitut Pemerintahan Dalam Negeri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bunga Pilihan

12 Januari 2011   11:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebait prosa.

Kunukilkan memori tentang seseorang yang berjasa besar dalam hidupku.

Seorang ibu,yang juga seorang kakak yang telah mengajariku bahasa Arab tanpa pamrih.Seorang wanita muda lulusan sastra Arab Universitas Al-Azhar,Cairo.

Biasanya,setiap sore tiga tahun yang lalu beliau telah menyambut kami di pintu rumahnya dengan daster dan jilbab besarnya sambil menggendong seorang bayi mungil yang lucu.

Hampir setiap sorepula,sambil bercerita-cerita ringan beliau mengajari kami bahasa Arab.Menimbulkan sebuah ketertarikan dahyat dan kesadaran yang mendalam akan pentingnya bahasa tersebut,bahkan melebihi bahasa Inggris sekalipun.

Sesekali,dikeluarkannya buletin buatan beliau dan suaminya ,yang merupakan seorang da’i yang cukup terkenal di provinsiku.Aku tak pernah absen membaca.Akupun tak pernah absen membeli buku di toko bukunya,dan juga berbagain produk-produk Islami lainnya.

Dirumahnya nan asri terdapat perpustakaan keluarga yang buku-bukunya dikirim langsung dari Kairo. Dan dari berbagai tempat.

Setiap minggu,diadakan pengajian di rumahnya dan tak jemu-jemunya beliau mengajak kami.Tak perlu dipikirkan bagaimana semua itu berjalan,karena dari semua aktivitas itu mereka lakukan ikhlas tanpa perlu imbalan biaya.Sedangkan waktu itu,tarif les bahasa asing amatlah mahal di tempatku.

Tapi mirisnya,hampir tak ada yang berminat.Hanya lima orang,aku dan temanku yang selalu bersama-sama disana.Teman-temanku,lebih banyak sungkan dan takut.Aku sangat menyayangkannya.

Mereka begitu takut akan paham-paham yang dianggap ekstrim dalam agama.Di kampungku,pengajian suaminya sepi,maka dari itu beliau berdakwah melaluisaluran televisi di provinsiku. Beliau dipandang ekstrim dengan pernyataannya,yang menurutku itulah ajaran Al-Quran dan sunnah yang sebenarnya.Walaupun pemahaman agamaku masih terlampaudangkal,tapi aku pahampemahaman keilslaman masyarakatjuga berbeda-beda.

Bukan cuma belajar keIslaman,bahkan setiap aku punya masalah selalu kuceritakan dan aku selalu terbantu untuk memecahkannya,untuk belajar bersabar,dan belajar dewasa.

Waktu itu sebenarnya arus remaja begitu menggodaku,akupun kadang iri melihat teman-temanku yang begitu menikmati masa-masa “kejayaannya”.Begitu menikmati masa-masa “indahnya”

Tanpa kusadari kutatap tiga tahun kebelakang justru akulah yang seharusnya berbahagia.

Tapi Allah pun terlampau menyayangiku,hingga aku selalu berada disekeliling orang-orang yang mengerem arus itu.

Wanita ini dan kehidupannya begitu indah.Begitu menginspirasi.Begitu bermakna.Santunnya,tawanya yang lucu,wajahnya yang manis dan teduh,dan kulitnya yang halus tertutup jilbabnya rapi .

Ilmunya yang tinggi sama sekali tak membuatnya memposisikan diri sebagai “guru” ku. Justru lebih sering jadi teman ngobrol tentang trend-trend saat ini. Beliau seperti menghantarkan pemahamankuuntuk memilih hidup ,paling tidak,yang mengarah sepertinya.Beliau yang mengantarkanku pada pemahaman bagaimana perempuan ‘seharusnya’

Aku percaya,hakikatnya memang porsi laki-laki dan perempuan itu berbeda.Jadi,biar bagaimanapun tak bisa posisinya disejajarkan,hanya saja ada beberapa hak yang sama dimilikinya.

Sungguh,wanita seperti inilah sebenar-benarnya perhiasan dunia.Hidupnya begitu seimbang.Yang patuh pada suaminya,dan mendedikasikan seluruh hidupnya pada ketaatannya.

Seperti bunga pilihan yang diciptakan khusus untuk suaminya,lelaki yang sangat beruntung itu.

.Agaknya kini aktivitasnya meningkat karena sudah ada 3 generasi penerus dilahirkannya.Ahla,Zaid,dan satu lagi aku belum sempat melihatnya.Bocah-bocah beruntung yang sarat dengan didikan religiusitas.

Sore ini,aku menuliskannya karena begitu merindukan aktivitas-aktivitasku dulu bersamanya

Namun hampir bersamaan aku inggin memencet“ send” di hapeku ,smsnya masuk ,menanyakankabarku,dan bagaimana beberapa hari ini dia dan suaminya membicarakanku,membicarakan aktivitas kami dulu.

Terasa, begitu Indah jalinan silaturrahmi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun