Mohon tunggu...
Asep B
Asep B Mohon Tunggu... Editor - Asep Burhanudin mantan wartawan yang masih giat menulis

Ada bersahaja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Oknum PNS di Papua, Ambil Gaji Saja Sampai Sewa Pesawat

24 Mei 2016   08:43 Diperbarui: 24 Mei 2016   18:48 3024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur Mes PNS: Istri PNS engah memasak di dapur mess yang disediakan Pemda Tolikara (asepburhanudin)

(Menyusuri Pedalaman Papua 3)

Ada pemeo, di Jakarta, untuk menyelesaikan satu dua urusan dalam sehari sudah tergolong hebat. Ini menggambarkan  kondisi lalu-lintas di sana yang membuat kita ‘tua’ di jalan. Di Pegunungan Tengah, Papua, dengan kondisi lalu- lintas tak ada kemacetan, malahan lebih dari itu. Waktu kunjungan bisa seminggu, bahkan bisa nihil bila berurusan dengan aparatur. Kemana dan dimana mereka selama ini berada? Jawabannya, tunggu saja tanggal gajian di kantornya, mereka pasti datang  men-charter pesawat untuk mengambil gaji. Sungguh hebat dan royal memang.

Kalau tak salah, setiap calon PNS biasanya selalu menandatangani lembaran khusus, semacam fakta integritas lah. Intinya, bila diangkat siap ditempatkan di manapun di peloksok Indonesia, tentunya termasuk di Papua. Rupanya bagi oknum PNS yang ‘mengabdi’ di pedalaman Papua, janji tinggal- janji, tanpa pengawasan dan kondisi Papua yang jauh dari harapan menjadikan kinerja mereka asal-asalan.

Tak sedikit mereka yang tak kuat pulang tanpa pamit, atau minta mutasi. Kalaupun bertahan, kinerjanya asal-asalan, mereka ngantor ketika mau tanggal gajian. Namun, tak sedikit pula di antara mereka banyak PNS tanpa pamrih kerja tulus di sana.

Mess PNS di Karubaga, Tolikara: tampak luar mess para PNS yang mengabdi di Karubaga, Tolikara, Papua. rencananya akan dibangun permanen (asep burhanudin)
Mess PNS di Karubaga, Tolikara: tampak luar mess para PNS yang mengabdi di Karubaga, Tolikara, Papua. rencananya akan dibangun permanen (asep burhanudin)
Tak heran bila kita berkunjung ke salah satu instansi di sana, pejabatnya jarang berada di tempat. Ruangan kosong mlpompong, yang kata stafnya, mereka hanya ada jika tanggal-tanggal tertentu, seperti pekan pertama atau saat bupati tengah berada di kantor. Mereka sepertinya tahu persis jadual keberadaan bupati atau atasannya. Ketika atasan mereka tak di tempat, oknum pun dipastikan ikut tak ada.

Kemana sebetulnya mereka berada selama hari kerja? Para PNS, entah golongan atau esselon berapa, yang mengabdi di beberapa kabupaten Pegunungan Tengah Papua, lebih memilih Kota Wamena, Ibu Kota  Kab. Jayawijaya  dibanding tempat daerah mereka mengabdi. Padahal, jarak Wamena dengan Kota Kabupaten terdekat saja bisa tiga atau empat jam perjalanan darat. Suatu hal yang tak mungkin mereka lakukan bila tiap hari harus bolak- balik.

Mengapa kebanyakan PNS di sana memilih Wamena sebagai tempat tinggal permanen bagi keluarga dan dirinya? Alasannya sangat sederhana. Di Wamena, selain satu-satunya kota besar terdekat, terdapat sekolah memadai buat anak-anaknya. Bagi mereka yang sudah memiliki keluarga, tentunya Wamena pilihan utamanya.

Oknum PNS ini lebih memperhatikan masa depan keluarga sendiri dibanding masa depan Papua. Caranya, ya itu tadi, berangkat Senin pulang akhir pekan. Bunga-bunga korupsi waktu seperti ini lambat laun tumbuh subur. Capek di jalan atau tak ada transportasi, Pada akhirnya, para oknum PNS di sana, kalaupun harus ke daerah kerjanya, ya sebatas untuk mengambil gaji bulanan. Sikap kucing-kucingan berjenjang, mulai dari staf biasa hingga setara kepala dinas.

Lorong Mess: Ruangan dalam berupa lorong yaang menghubungkan kamar kamar PNS (asepburhanudin)
Lorong Mess: Ruangan dalam berupa lorong yaang menghubungkan kamar kamar PNS (asepburhanudin)
Banyak kisah yang menggambarkan bobroknya sebagian oknum PNS di sana. Cerita mereka datang hanya mengambil gaji dengan men-charter pesawat, berombongan, sudah biasa terdengar di sana. Atau, oknum pejabat yang me-rental-kan mobil dinasnya menjadi omprengan umum.

Terkesan mewah, hanya untuk mengambil gaji mereka bisa sanggup menyewa pesawat. Dengan kewenangan yang miliki, mereka dengan mudahnya mendapatkan tiket pesawat. Padahal sejujurnya, kalau bukan mereka, sungguh sulit untuk memperoleh tiket pesawat. Kalaupun ada, harganya selangit, bisa tiga kali lipat dari harga normal.

Tiket pesawat Wamena-Karubaga, yang harga resminya (2 taun ke belakang) Rp.300.000 di pasaran bisa Rp. 1.5 juta. Ke kota Ilaga, Puncak Jaya, juga harganya tak jauh beda. Namun setelah di tangan sang calo bisa lima kali lipat. Itu pun kalau masih ada tiketnya.

Ketika saya ke Papua, terpaksa tertahan berjam-jam, atau bahkan seharian di Kota Wamena atau Jayapura, hanya tiket pesawat yang saya pesan habis terjual. Bahkan, ketika sudah boarding pass pun kita kerap gigit jari karena pesawatnya masih dipakai pejabat daerah. Padahal, jadwal keberangktan pesawat sangat tergantung cuaca. Tak heran bila satu dua keberangkatan ter-cancel oleh mereka, resikonya, jadual kita pun pasti berubah total.

Dapur Mes PNS: Istri PNS engah memasak di dapur mess yang disediakan Pemda Tolikara (asepburhanudin)
Dapur Mes PNS: Istri PNS engah memasak di dapur mess yang disediakan Pemda Tolikara (asepburhanudin)
Sementara, mereka yang ngobjek mobil dinas yang dijadikan bisnis sambilan, juga sering terdengar. Siapa yang tak tergiur, satu unit mobil sehari bisa mendapat setoran Rp.2 hingga Rp.3, Juta rupiah. Nah, bila satu bulan, bisa berlipat dari gaji buta mereka. Kita bisa menerka, golongan atau pangkat apa yang dinasnya dilengkapi mobil plat merah ini. Tak heran, hanya untuk mengambil gaji ke daerah kerjanya, dia mampu borong pesawat.

Apakah, para bupati atau gubernurnya tahu kinerja bawahannya seperti itu. Bisa saja tahu atau pura-pura tak tahu. Saya pernah mendengar Bupati Tolikara sempat membuat jeratan untuk menjaring oknum nakal ini. Usman Wanimbo, nama sang bupati tadi, menurut salah satu stafnya, pada salah satu hari jumat, berpesan pada seluruh Kadis bahwa dirinya akan ke Jakarta. Padahal ia tidak kemana mana. Tak seorangpun diberi tahu, termasuk ajudannya. Sehingga ketika besoknya ia ngantor seperti biasa,  di situlah sang bupati mengetahui kinerja PNS nakal.

Anak Papua (asepburhanudin)
Anak Papua (asepburhanudin)
Namun akal-akalan sang bupati tidak bisa dilakukan terus. Sebagai gantinya, ia terpaksa  harus mendahulukan membuat mess buat para PNS supaya mereka betah di daerahnya. Tak tanggung-tanggung, selain mess, juga disediakan  fasilitas buat keuarganya, di antaranya sarana pendidikan. Saya belum mengetahui pasti langkah bupati lainnya, supaya PNS betah di daerahnya. Langkah ini tergolong bagus bila ingin daerahnya maju, setara dengan daerah lainnya di Indonesia.

Kita sering mendengar banyak sekolah kosong tak ada murid, atau banyak murid nganggur tak belajar, karena salah satu penyebabnya kekurangan tenaga guru. Saya pernah memergoki ruangan kepala sekolah di salah satu sekolah dasar di sana tak terurus. Foto Presiden dan Wapres yang menggapit Burung Garuda sebagai lambing Negara kita masih periode Orba, yakni Soeharto dan Soedharmono, Itu pun posisi salah satu fotonya sudah miring dan berdebu.

Ketika saya Tanya mengapa fotonya belum diganti padahal presiden kita sudah berapa kali ganti. Sang kepala sekolah dengan tersipu malu menyebutkan dirinya jarang masuk ruangan ini karena waktunya tersita mengajar di kelas. Ketika saya kejar dengan pertanyaan berikutnya, berapa jumlah guru dan kemana mereka? Sang kepala sekolah blak-blakan, bahwa gurunya selain kurang juga jarang ada di tempat.

Apapun alasannya, tulisan ini pasti menyudutkan salah satu pihak, terutama oknum PNS. Namun apa boleh buat demi kemajuan Papua, terpaksa saya beberkan, sekalipun tidak gamblang. Untuk itu, sebelumnya mohon maaf bila ada yang tersinggung, dan tulisan pun terkesan banyak disembunyikan. (Asep Burhanudin).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun