Di kota besar, sekolah internasional berpengantar bahasa asing sudah biasa. Tapi di sebuah distrik pedalaman Papua, yang nyaris terisolir, terdapat sekolah berpengantar bahasa Inggris, yang staf pengajarnya didatangkan langsung dari Amerika, baru luar biasa. Saking lengkapnya fasilitas, ditambah gratis tidak dipungut bayaran, menjadikan sekolah setara di sekitarnya yang notabene milik pemerintah, bangkrut akibat siswanya tersedot sekolah tadi.
Ob Anggen School, inilah nama instititusi pendidikan modern yang didirikan sejak 2007 silam. Sekolah yang digagas para sukarelawan asing ini semula sebatas Pendidikan Usia Dini (PAUD). Namun sejalan dengan perkembangan siswa, sekolah gratis tadi kini sudah setingkat SLTP. Hebatnya, selain berpengantar bahasa Inggris, yang gurunya sebagian besar didatangkan langsung dari Amerika dan Erofa, juga siswanya sudah menggunakan tablet, buku elektronik, sejak di bangku kelas IV, SD.
Agkutan Umum: Bak terbuka merupkan angkutan favorit di Distrik Bokondini yang menghubungkan dengan Wamena (Asep Burhanudin)
Saya yang berkesempatan masuk ke ruangan kelas, mendapati siswa kelass 2 SD tengah belajar matematika, pembagian. Jumlah siswa sekitar 10 orang duduk membuat dua lingkaran. Setiap lingkaran, siswa bergiliran berperan sebagai pedagang, sementara rekannya sebagai pembeli. Dengan berbekal kalkulator di masing-masing tangannya mereka menghitung barang dagangan dan yang mereka beli. Sang guru Bule, terlihat senang saat mereka menguasai materi yang disampaikannya. Komunikasi mereka dalam bahasa Inggris.
dsc-6327-573be681f07e6138059cb47b.jpg
Tentang fasilitas, jangan ditanya, mulai dari perpustakaan yang lengkap dengan komputer terhubung internet, laboratorium, serta lapangan olahraga
autdor dan
indoor, tersedia lengkap
. Berapa biaya untuk bisa sekolah di sini? Tak sepeser pun
Ob Anggen School memungut biaya dari orang tua siswa, alias gratis. Mereka betul-betul diciptakan untuk kemajuan generasi Papua. Akibatnya, sekolah setara milik pemerintah, dibuat bangkrut akibat siswanya tersedot di lembaga ini. Kini Sekolah Dasar Negeri
Bokondini, yang jaraknya hanya 100 meter dari
Ob Anggen School bak rumah hantu. Bangunan sekolah yang di awalnya paling lengkap, dengaan jumlah ruangan kelas memadai, kini melomong tak memiliki siswa.
Guru Asing: Salah satu staf pengajar sekolah asing di Bokondini (Asep burhanudin)
Ob Anggen School berada di Distrik Bokondini, sebuah distrik tertua di Karubaga. Untuk menembus distrik yang dihuni penduduk 4.811 jiwa ini ada dua pilihan, jalur udara dengan pesawat berbadan kecil, atau melalui jalur darat. Melalui pesawat butuh waktu 30 menit dari Wamena atau Karubaga, Ibu Kota
Tolikara. Sedangkan jalur darat perlu dua hingga tiga jam karena kondisi jalannya yang masih belum beraspal.
Distrik Bokondini termasuk wilayah Kabuaten Tolikara, yang merupakan distrik tertua dan paling maju di kabupatennya. Selain memiliki landasan pacu di pusat kota, juga memiliki jaringan listrik dan air minum. Padahal, untuk ibu kota kabupaten saja, dua fasilitas terakhir ini baru mulai dibuat permanen. Di Bokondini, jaringan listrik dan air minum sudah tersedia sejak jaman sebelum kawasan in bergabung dengan NKRI. Air minum yang diambil dari lereng gunung, sebelum dialirkan ke rumah masing-masing terlebih dahulu ditampung dalam sebuah bak besar, dan dijadikan sebagai penggerak turbin listrik.
Bangunan sekolah internasional di Bokondini (Asep Burhanudin)
Mengapa distrik ini lebih maju dibanding distrik lainnya di Tolikara? Dimaklumi, Bokondini awalnya dijadikan
home base para misionaris untuk menyebarkan injil di kawasan Pegunungan Tengah Papua. Dari distrik inilah mereka kemudian menyebar ke Kab. Jayawijaya, Tolikara, Puncak jaya, lani jaya, Membramo Tengah, Yalimo, Nduga, Pegunungan Bintang, puncak dan Kabuaten Membramo Raya.
Asri: salah satu sudut kota Bokondini yang asri (Asep Burhanudin)
Kini fasilitas untuk para misionaris menjadi saksi sejarah. Gereja, asrama, termasuk taman dan pepohonan Pinus yang masih asri, terawat rapi bersanding dengan bangunan masjid buat beribadat kaum pendatang. (Asep Burhanudin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya