Mohon tunggu...
Bruchel D Nugroho
Bruchel D Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Ketahanan Pangan di Afrika Tengah : Apa yang FAO Lakukan?

3 Desember 2023   18:17 Diperbarui: 4 Desember 2023   14:12 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Afrika Tengah, sebuah wilayah yang kaya akan keanekaragaman alam dan budaya, namun ironisnya dihadapkan pada tantangan serius dalam hal ketahanan pangan. Rendahnya ketahanan pangan di wilayah ini menjadi salah satu isu utama yang menghambat pembangunan berkelanjutan. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, konflik bersenjata, dan kurangnya infrastruktur pertanian yang memadai telah memberikan dampak yang signifikan terhadap produksi pangan dan distribusinya. Keterbatasan akses terhadap sumber daya, seperti air bersih dan lahan pertanian yang subur, juga menjadi kendala serius. Semua ini menyebabkan rendahnya produktivitas pertanian dan ketidakstabilan pasokan pangan, mengakibatkan ketidakpastian pangan di kalangan penduduk.

Krisis pangan merujuk pada situasi dimana tingkat kelaparan dan kekurangan gizi meningkat secara signifikan baik secara lokal, nasional, maupun global. Esensinya, krisis pangan dapat dibandingkan dengan kondisi kelaparan, yang diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan energinya akibat masalah ketersediaan pangan. Untuk menghadapi tantangan ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah membentuk Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk mengatasi masalah terkait pangan dan pertanian di berbagai negara di seluruh dunia. 

Pada tahun 2013, setidaknya 10,3 juta orang mengalami kerawanan pangan dan gizi di wilayah Afrika Tengah. Hal ini terjadi dikarenakan akses yang terbatas ke makanan. Faktor lain yang memperparah kondisi Afrika Tengah adalah adanya buta huruf dan kemiskinan yang menyebar. Hal ini menyebabkan beberapa negara di Afrika Tengah juga menempati urutan terbawah Indeks Pembangunan Manusia. Selanjutnya pada tahun 2014, krisis kelaparan semakin meluas sehingga lebih dari 25 juta orang mengalami rawan pangan. Produksi pertanian rumah tangga pada tahun 2013 tidak cukup untuk memulihkan mata pencaharian mereka dan tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka, sehingga hal ini membuat parah krisis kelaparan yang ada di Afrika Tengah. Kemudian kondisi Afrika Tengah pada awal tahun 2015 ditandai dengan munculnya Ebola Virus Disease (EVD) di Afrika Barat dan menyebar di beberapa negara Afrika Tengah. Virus ini dapat menyebabkan kematian. Kondisi ini mengakibatkan kebutuhan yang besar akan bantuan untuk melindungi mata pencaharian dan mencegah kekurangan gizi. 

Untuk mengatasi sejumlah tantangan yang telah disebutkan, FAO memanfaatkan berbagai sumber daya dan strategi untuk menghadapi kerawanan pangan di wilayah Afrika Tengah. Dalam menjalankan perannya sebagai mediator dan komunikator, FAO bertanggung jawab atas kepemimpinan dalam memastikan bahwa Afrika Tengah dapat mencapai ketahanan pangan dan menghindari risiko kerawanan pangan. Menghadapi berbagai permasalahan pangan di wilayah Afrika Tengah, FAO berupaya sebagai perantara dengan melibatkan berbagai tindakan, termasuk pengumpulan dana untuk mendukung, melindungi, dan meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Kondisi ketidakseimbangan antara ketersediaan dan permintaan komoditas pangan di wilayah Afrika Tengah pada tahun 2013 akhirnya menyebabkan kenaikan drastis harga pangan di pasar, yang pada gilirannya memperburuk situasi kerawanan pangan. 

Untuk mengatasi tantangan ini, FAO memberikan dukungan keuangan sebesar 23,2 juta USD untuk wilayah Afrika Tengah. Bantuan ini disalurkan melalui sumbangan beberapa lembaga donor internasional, termasuk African Development Bank (AfDB), Austria, Belgium, Brazil, Commission's European Community Humanitarian Office (ECHO), Uni Eropa, Finlandia, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, Office of the UN High Commissioner for Refugees (UNHCR), Chad, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, UNDP Administered Donor Joint Trust Fund, the Central Emergency Response Fund (CERF), dan Amerika Serikat. 

Melalui Strategi Kemanusiaan 2014-2016 ini, ketahanan pangan meningkat untuk 5,5 juta orang, dan 4 juta orang mendapatkan bantuan untuk mempertahankan produksi pangan atau memulihkan mata pencaharian mereka di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Contoh dampak positif terlihat di Mauritania, dimana panen relatif baik dan negara tidak mengalami kekurangan pangan yang signifikan. Selain itu, 4 juta anak berhasil diselamatkan dari malnutrisi akut parah. Di sektor kesehatan, hampir 10 juta orang mendapatkan dukungan kritis melalui kegiatan pengawasan, pencegahan, dan pengendalian epidemi, seperti kampanye imunisasi, penanggulangan wabah, pemantauan, serta penyediaan obat-obatan, peralatan medis, dan pelatihan. 

Selain itu, Salah satu inisiatif FAO dalam melaksanakan "Production to Protection" adalah dengan menggalakkan penggunaan dan peningkatan program Cash+, yang berperan dalam memulihkan ketahanan pangan, memberikan dukungan kepada penerima manfaat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, sekaligus melindungi aset masyarakat di wilayah Afrika Tengah. Tindakan ini juga berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Secara keseluruhan, FAO telah menjalankan peran sentral dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Afrika Tengah yang dihadapkan pada tantangan serius. Melalui berbagai inisiatif dan strategi, FAO tidak hanya memberikan bantuan pendanaan untuk mendukung produksi pangan, tetapi juga berperan sebagai komunikator yang menyediakan informasi yang akurat. Upaya perlindungan aset masyarakat dan penggunaan inovatif seperti program Cash+ menjadi bukti konkrit dari komitmen FAO untuk memulihkan ketahanan pangan dan melindungi penduduk di wilayah ini dari dampak krisis yang berkepanjangan. Dengan demikian, FAO memberikan kontribusi positif yang signifikan dalam mengatasi kompleksitas permasalahan ketahanan pangan di Afrika Tengah, dan memainkan peran krusial dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan bagi penduduk wilayah tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun