Joko Anwar mampu meramu sebuah kisah yang kompleks dengan karakter-karakter yang kuat dan terhubung dengan baik. Penonton diperkenalkan kepada Maya dengan cara yang simpatik, membuat kita ikut merasa terlibat dalam perjalanan emosionalnya. Setiap karakter pendukung juga memiliki latar belakang yang relevan, dan penonton perlahan-lahan diberikan petunjuk tentang misteri yang mendalam di balik desa yang penuh teror tersebut.
2. Sinematografi
  Salah satu kekuatan utama Perempuan Tanah Jahanam adalah sinematografi yang mengesankan. Penggunaan lanskap desa yang sepi dan mencekam dengan tata cahaya yang dramatis, berhasil menciptakan suasana horor yang intens. Joko Anwar dan timnya berhasil menghidupkan kembali nuansa mistis khas Indonesia, dengan sentuhan modern dalam visual.
3. Atmosfer dan Nuansa Horor
  Joko Anwar menggunakan atmosfer sebagai senjata utamanya dalam membangun ketakutan. Alih-alih mengandalkan jump scare yang berlebihan, ia menciptakan ketegangan melalui suara, musik, dan visual. Suara angin yang menderu, hutan gelap, dan desa yang terasa terisolasi semuanya memberikan rasa ketidaknyamanan dan ancaman yang terus membayang.
4. Tema Tradisi dan Budaya
Film ini berhasil memasukkan elemen budaya Indonesia yang kaya. Dari mitos kutukan desa hingga ritual tradisional, Perempuan Tanah Jahanam menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kepercayaan lokal dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Hal ini tidak hanya membuat cerita semakin autentik, tetapi juga menambah dimensi horor yang lebih dalam, karena penonton dibuat merenung tentang batas antara dunia nyata dan supernatural.
5. Akting
  Tara Basro memberikan performa yang luar biasa sebagai Maya. Ia mampu menunjukkan ketegangan emosional yang kuat, dari kebingungan hingga ketakutan, tanpa harus terlihat berlebihan. Akting dari pemeran pendukung seperti Christine Hakim dan Ario Bayu juga menambah kedalaman cerita.
Kritik
Meski film ini sangat memikat secara visual dan atmosfer, beberapa penonton mungkin merasa bahwa pacing film agak lambat di awal. Beberapa adegan pengungkapan di babak kedua juga terasa agak dipaksakan dan membingungkan. Namun, hal ini tidak cukup untuk mengurangi pengalaman keseluruhan film yang menegangkan dan mencekam.