Mohon tunggu...
Ronny P Sasmita
Ronny P Sasmita Mohon Tunggu... Analis Ekonomi Politik Internasional Financeroll Indonesia -

Penyeruput Kopi, Provokator Tawa, dan Immigrant Gelap di Negeri Kesunyian

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Catatan Pojok Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

7 Maret 2016   14:13 Diperbarui: 7 Maret 2016   14:39 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 Dari sisi domestik, tantangan ekonomi ke depan masih berkisar tentang bagaimana menjaga daya beli masyarakat (inflasi). Pasalnya, sebagaimana data diatas, kontribusi konsumsi rumah tangga masih sangat dominan di dalam perekonomian nasional. Ini adalah imbas dari struktur inflasi nasional yang masih ditopang dari sisi penawaran. Sehingga mau tidak mau, ketahanan pangan, energi, dan kekuatan distribusi (infrastruktur) menjadi pekerjaan yang sulit tapi harus segera diprioritaskan oleh pemerintah.


 Memang, penurunan luas lahan menjadi kendala tersendiri untuk masalah ketahanan pangan ini. Sebab, laju pengurangan lahan bergerak lebih cepat ketimbang laju pembukaannya sehingga alih-alih semakin bertambah, tapi justru kian menciut. Selain itu, tak jarang pula pemerintah memilih jalan pintas dengan solusi jangka pendek melalui impor komoditas untuk mengatasi ancaman ketahanan pangan ketimbang fokus mengkreasi strategi jangka panjang yang imbasnya jauh lebih sustainable untuk masa depan ketahanan pangan nasional.


 Selanjutnya, tantangan pengelolaan inflasi dari sisi energi selama ini nampaknya cukup terbantu oleh penurunan harga minyak dunia. Bahkan belakangan, hanya minyak dunia tembus ke bawah level US$ 30 per barrel, sehingga secara otomatis tekanan terhadap inflasi dari sisi energi semakin jauh berkurang. Ini adalah momen yang harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk diversifikasi penggunaan energi agar ada solusi jangka panjang saat harga minyak mulai berbalik kembali ke level yang cukup tinggi.


 Tantangan lainya adalah masalah distribusi barang yang sangat terkait dengan ketersediaan infrastruktur (konektifitas). Hitam diatas putih, anggaran infrastruktur tercatat melonjak cukup tinggi, bahkan boombastis (reformasi struktural), namun minim realisasi. Sampai November 2015, belanja modal hanya terlaksana 51,1% dibanding target realisasi yang sudah direncanakan sebesar Rp 252,8 triliun.


 Dan terakhir, untuk sektor industri pengolahan, tantangan ke depan masih terletak pada urusan pemenuhan bahan-bahan baku yang secara langsung berhubungan dengan stabilitas nilai tukar. Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi ini. Pertama mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter yang bisa menciptakan stabilitas mata uang (kurs moderat) agar import komponen untuk industri pengolahan tidak terlalu terbebani. Dan kedua, memberi prioritas investasi yang akan membangun rantai komponen untuk industri ini agar daya saing bisa ditingkatkan karena tidak lagi harus importasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun