Mohon tunggu...
Adinda Shafiyah
Adinda Shafiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - The Golden Gingsul
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Santri ugal-ugalan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toleransi Menguatkan Persaudaraan Menciptakan Keharmonisan dan Kedamaian

17 April 2022   15:08 Diperbarui: 17 April 2022   15:17 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toleransi. (Bola.com/Pixabay)

Toleransi merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia. Karena perbedaan itu sendiri adalah rahmat. Sebagaimana Allah SWT menciptakan manusia berbeda satu sama lain. 

Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Yang artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Allah SWT dengan sengaja menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan baik suku, bangsa, agama, budaya, bahasa, ras dan lain sebagainya. Karena itu, Allah SWT memerintahkan satu sama lain agar saling kenal mengenal.

Keberagaman bukan untuk berpecah belah dan saling memusuhi. Melainkan untuk saling mengenal. Dengan pengenalan yang baik, maka akan terjalin kedekatan dan bisa saling memberikan manfaat. Itu pastilah juga karena toleransi satu sama lain.

Ini adalah beberapa pengalamanku tentang toleransi. Dari kecil hingga usiaku yang sebentar lagi 20 tahun ini pasti ada saja kisah tentang toleransi itu sendiri. Berikut ceritanya. 

Saat aku masih SD, sekelas denganku ada seorang teman yang agamanya Kristen. Sebenarnya di sekolah kami juga banyak yang agamanya non-Islam. Di kelas bawah bahkan ada yang beragama Hindu maupun Buddha. Karena sekolah kami itu dekat dengan Bataliyon Kompi Markas. Jadi ayah mereka adalah seorang tentara yang ditugaskan di daerah kami.

Sama seperti teman sekelasku, ayahnya ditugaskan juga di daerah kami, bedanya profesinya polisi. Kami sekelas berteman rukun dan damai dengannya. Dia punya adik laki-laki yang waktu itu duduk di TK. 

Sehubungan TK nya hanya satu bangunan lagi dari SD kami, jadinya ibunya juga ada di sekolahan setiap hari. Bahkan ibunya sering membelikan kami jajanan di sekolahan. Kalau sehari setelah Natalan pasti kami teman sekelasnya diundang ibunya ke rumah. 

Makanan yang hidangkan pun pastinya halal, karena pesan katering di tempat muslim juga alat-alat makannya serta disediain juga kue-kue kering buatan muslim pastinya. Karena kami sendiri yang melihatnya, diantar langsung oleh pemilik kateringnya. Hingga kelas 5, temanku ini pindah sekolah karena ayahnya dipindah tugaskan entah kemana aku tidak tahu. Dia tidak bilang apa-apa pada kami sekelas. 

Hanya dijemput oleh ibunya saat istirahat lantas bilang kalau anaknya ini akan pindah sekolah. Meninggalkan kami di gerbang sekolah. Itulah pertemuan terakhirnya dengan kami dan setelah itu aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Sedih rasanya. Kuingat sebelum pindahannya itu dia sempat memintaku untuk mengajarkannya menulis aksara Arab. Dan aku dengan senang hati mengajarkannya.

Kemudian saat SMP, di angkatan kami juga ada dua teman yang non-muslim. Yang satu sekelas denganku, satunya lagi beda kelas. Alhamdulilah nya... yang sekelas denganku ini saat kelas 1 itu juga dia menjadi muallaf. Temanku yang satunya lagi tetap dalam keyakinannya. Orangnya sangat pandai menari. 

Dia juga sangat toleransi dengan kami. Pernah satu dua kali dia terpilih untuk menari di acara perpisahan kakak-kakak kelas kami. Berhubung tari yang akan ditampilkan adalah tarian daerah, maka otomatis pakaian tarinya adalah sesuai dengan standar daerah. Karena daerah kami mayoritasnya muslim maka untuk penari perempuan menggunakan kerudung. 

Temanku ini bahkan dengan senang hati untuk juga menggunakan kerudung pada saat pementasan tari, tanpa paksaan dari siapa pun. Saat Natalan pun dia selalu mengundang kami seangkatan ke rumahnya. 

Seperti biasanya makanan punya kita disendirikan. Dimasakin langsung oleh tetangga belakang rumahnya. Dan setelah makan, dia juga bagi-bagiin kuti-kuti ke kami. Bahkan saat kami sudah menjadi alumni pun, masih saja diundang. 

Saat ini aku sudah masuk perkuliahan. Toleransi selalu mengikuti alur hidupku. Sendirian pergi merantau, lantas bertemu dengan seorang non-muslim dari daerah lainnya yang ternyata pernah tinggal di daerahku sebelumnya. Kami pun berteman layaknya saudara. Memang dalam agama, kami berbeda tapi dalam selera makanan kami sama.

Ilustrasi Toleransi. (Unsplash)
Ilustrasi Toleransi. (Unsplash)

Tentunya toleransi sangatlah penting dalam kehidupan. Toleransi juga salah satu cara untuk hidup dalam masyarakat yang damai. Tidak masalah untuk tetap berpegang pada nilai-nilai diri sendiri. Namun, menerima dan menghormati nilai-nilai orang lain juga dilakukan.

Melalui toleransi, bisa melahirkan kasih sayang antar sesama hingga menguatkan tali persaudaraan yang akhirnya terciptalah keharmonisan dan kedamaian.

Untuk itu aku sangat bersyukur, Allah SWT mempertemukanku dengan orang-orang baik selama ini. Semoga saja toleransi bisa terus mengikuti alur hidup di mana pun diri ini berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun