[caption id="attachment_320795" align="alignnone" width="500" caption="PHOTO :tangseloke"][/caption] Pemilu ya,,,inilah pesta lima tahunan, pesta Rakyat juga pesta uang. Mengapa tidak ini aji mumpung yang yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,Money politik adalah hal biasa, kalau ketauhan itu namanya nasib. Bagi masyarakat desa pemilu adalah hal yang biasa, pemilu bukan hal special seperti para calon yang akan menentukan nasib mereka 5 tahun kedepan. Di pedesaan mungkin semboyan lima tahun yang lalu yang pernah akau alami jadi salah satu tim sukses masih kental sampai saat ini,masyarakat desa biasanya ngomong "ono duet mangkat nyoblos ra ono duet alok kerjo nok sawah nek ra kerjo yo ra ono mangan, sopo wae seng dadi yo nasibpe awake dewe ajeg ngene tetep macol" (kalau ada uang yang berangkat nyoblos kalau tidak ada lebih kerja di sawah kalau tidak kerja ya tidak ada yangmemberi makan, siapa saja yang jadi nasib kita tetep begini, tetap nyangkul), Sungguh pengakuan yang jujur, asumsi saya hal ini terjadi karena mereka trauma, mereka tak peduli lagi denga apa yang namanya demokrasi, bagi mereka yang penting mereka bisa kerja dan dapat makan. Di sinilah kejelian calon dan tim suksesnya akan memanfaatkan hal ini,Beberapa bulan sebelum pemilu seperti ini, biasanya koordinasi begitu intens yang di lakukan calon dewan sama tim suksenya, pertemuan-pertemuan begitu gencar di lakukan. biasanya calon akan mengumpulkan dan mengadakan pertemuan pertama di rumahnya, mereka yang di undang adalah orang-orang yang mereka percaya di desa(bagi calon tingkat II) dan wakil kecamatan istilahnya Pac bagi tingkat I, Dengan di kasih imbalan dalam istilah keren sekarang uang minyak, pertemuan itu akan mengagendakan pertemuan-pertemuan tingkat desa dalam artian tatap muka antara sang calon dengan masyarakat. tapi dalam hal ini juga biasanya orang-orang tertentu yang di undang antara 100-200 orang yang akan di jadikan sabet alias ujung tombak di desa tersebut,pertemuan inipun tidak gratis tapi tetep dengan sangu alias uang minyak,selain suguhan gratis berupa rokok dan makanan ringan, itu hampir semua partai melakukan hal seperti itu. Mendekati pemilu/kampanye terbuka uangpun kayak hujan, mengapa tidak setiap ada kampaye pasti akan dapat uang lelah, dari semua partai, dan realita yang ada orang-orang yang ikut dalam kampanye ya,,,orangnya tetep orang-orang itu saj,,,, dan yang jadi ujung tombak dari semua partai yang orang-orang itu saja,,,,,(kecuali orang yang di percaya jadi ketua tim sukses di desa itu). Seminggu sebelum pencoblosan isu uang mulai kental, calon ini nanti ngasih berapa ,calon itu nanti ngasih berapa, biasanya akan beredar luas di masyarakat, tim suksespun akan melapor ke sang calon berapa uang yang akan di berikan calon ini, berapa yang akan di beri calon ini, dan tim suksespun di minta data-data berapa orang yang dapat di handle per desa. untuk di data berapa kira-kira perolehan suara yang akan di dapat. biasanya dia sang calon akan menyiapkan dana untuk 75persen dari jumlah pemilih di satu dapil. dan sudah di siapkan dalam bentuk amplop serta sudah di tulis untuk desa mana-desa mana. Satu dua hari sebelum pencoblosan para tim sukses akan datang ke rumah sang calon, untuk mengambil amplop yang sudah di siapkan dan sesuai data yang telah di setorkan, hampir semua calon melakukan strategi ini,malam sebelum pencoblosan uang itupun sudah di edarkan, hal ini tidak akan jadi hal yang tabu di masyarakat, karena biasanya masyarakat akan membagi rata uang-uang tersebut, contoh apabila di desa itu ada 5 calon masuk maka uangnya akan di bagi rata, dan sisanya akan di belikan peralatan olah raga atau lainnya. jadi tidak ada kecemburuan sosial bagi mereka . Bagi mereka pemilu tidak akan berpengaruh besar jadi siapa yang jadi siapa nasib-mereka akan tetap sama tidak kerja ya,,tidak makan. Pagi hari jelang pemilu adalah hal yang paling krusial,bagi TPPS DAN PPS.apa masalahnya, biarpun mereka sudah mendapat sangu /uang tapi mereka enggan ke TPS untuk nyoblos, mereka menganggap uang itu tak ada seberapanya di banding gaji para anggota dewan, dan mereka menganggap kalu sudah jadi pasti lupa . Kalau hampir jam 11 blm ada yang datang ke TPS, maka ini celah yang di gunakan sang calon lewat tim suksenya yang memantau di lapangan untuk memberi info, dan akan di kucurkan dana lagi agar merekapun berangkat dan mencoblos mereka. inilah realita yang ada dan yang pernah aku alami dan aku lihat. Pada intinya hal ini terjadi karena bentuk dari tidak puasan,tidak kepercayaan masyarakt terhadap para anggota dewan, serta trauma terhadap wakil-wakil rakyat. tengok saja berapa jumlah masyarakat yang golput di pemilu-pemilu sebelumnya.jadi disisni peran parpol untuk menjaring para kader dan calonnya lebih selektif agar dapat menjadi jembatan aspirasi mereka. agar masyarakat percaya lagi dengan namnya wakil rakyat dan lembaga yang namanya DPR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H