Mohon tunggu...
Briyan Arfanda
Briyan Arfanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa D3 Perpustakaan Universitas Airlangga

Berasal dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semarang Semakin Panas: Tantangan Perubahan Iklim Global di Kota Pesisir

5 Desember 2023   20:12 Diperbarui: 5 Desember 2023   21:00 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: www.wowkeren.com

Kota Semarang, kota pesisir di utara pulau Jawa  yang dikenal dengan keindahan alam dan warisan budayanya, kini menghadapi tantangan serius dengan meningkatnya suhu udara yang dapat dikaitkan dengan perubahan iklim global. Dampak pemanasan global di Semarang, sangat nyata dan beragam. Peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca, dan kenaikan permukaan laut telah menyebabkan sejumlah dampak yang signifikan.  ini membawa dampak serius pada kehidupan sehari-hari warga kota dan memerlukan upaya bersama untuk mengatasi tantangan ini.

Pemicu Pemanasan Global di Semarang:

Pemanasan global di Semarang, seperti di tempat lain di dunia, dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan suhu rata-rata di bumi. Berikut adalah beberapa pemicu pemanasan global yang dapat diamati di Semarang: 

1. Emisi Gas Rumah Kaca:
Pembakaran Bahan Bakar Fosil: Peningkatan penggunaan bahan bakar fosil, seperti minyak dan batu bara, untuk energi dan transportasi menyebabkan pelepasan besar-besaran gas rumah kaca, termasuk karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4).

Industri dan Proses Manufaktur: Aktivitas industri dan proses manufaktur yang menggunakan energi fosil dan menghasilkan emisi gas rumah kaca berkontribusi pada pemanasan global.

2. Deforestasi dan Perubahan Penggunaan Lahan:
Deforestasi: Penggundulan hutan untuk pertanian, perkebunan, dan pembangunan menyebabkan hilangnya penyerapan karbon alami dan melepaskan karbon yang telah tersimpan dalam pohon dan tanah.

Penggunaan Lahan yang Tidak Berkelanjutan: Perubahan pola penggunaan lahan, seperti konversi hutan menjadi lahan pertanian atau perkotaan, dapat mengurangi kapasitas lingkungan untuk menyerap karbon.

3. Urban Heat Island (UHI):
Pembangunan Kota yang Tidak Berkelanjutan: Pertumbuhan kota yang pesat, penggunaan material bangunan yang menyerap panas, dan minimnya vegetasi kota dapat menciptakan efek Urban Heat Island, di mana suhu kota lebih tinggi daripada daerah sekitarnya.


4. Aktivitas Manusia Lainnya:
Pertanian Intensif: Praktik pertanian intensif, termasuk penggunaan pupuk dan pestisida, dapat menyebabkan pelepasan gas lain seperti nitrous oxide (N2O), yang juga merupakan gas rumah kaca.

Limbah dan Pembuangan Sampah: Pembakaran sampah dan limbah industri yang tidak terelola dengan baik dapat menghasilkan gas-gas rumah kaca dan meningkatkan konsentrasi polutan atmosfer.

5. Perubahan Iklim Alami:
Variabilitas Surya dan Aktivitas Vulkanik: Meskipun pengaruhnya lebih kecil daripada faktor manusia, perubahan dalam radiasi matahari dan letusan gunung berapi dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan suhu global.


6. Kurangnya Ruang Hijau:
Penurunan jumlah taman kota, lahan terbuka, dan vegetasi dapat menyebabkan kurangnya penyerapan panas alamiah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan suhu udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun