Isu KomunikasiÂ
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang setiap orang lakukan tidak pernah lepas dari komunikasi. Terkhusus bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan serta masa peralihannya, mereka sangat membutuhkan komunikasi yang baik dalam lingkup keluarga.
Keluarga merupakan sebuah jaringan individu yang terikat dalam perkawinan, darah, dan komitmen yang saling berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama (Rogi, 2015 dalam Galvin dan Brommel, 1991). Sedwig (1985) mengungkapkan bahwa komunikasi keluarga merupakan sebuah pengorganisasian sebagai ungkapan perasaan dan saling membagi pengertian dengan menggunakan sikap tubuh, kata-kata, intonasi suara serta tindakan (Rogi, 2015).
Salah satu bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto yaitu komunikasi orangtua dengan anak (Rogi,2015 dalam Prasetyo, 2000). Komunikasi atau hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak bersifat dua arah. Dalam komunikasi tersebut, keduanya dapat saling berbagi pendapat, pikiran serta informasi maupun nasehat satu dengan yang lain. Faktor utama yang akan dibahas disini yaitu apa yang perlu dilakukan orang tua dalam masa pertumbuhan atau masa peralihan seorang anak.Â
Hubungan komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak disini terjadi melalui transformasi nilai. Hal yang dimaksud yaitu bagaimana kepribadian anak dibentuk oleh orang tua dengan cara menanamkan nilai-nilai yang dianut orang tua mereka sendiri. Komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap psikologis anak khususnya dimasa pertumbuhan atau peralihan.Â
Film sebagai komunikasi massa
Film merupakan salah satu bentuk dari komunikasi modern yang menjadi sarana yang dipakai dalam menyebarkan hiburan dengan menyajikan sebuah cerita, peristiwa, musik drama, dan berbagai macam hal lainnya kepada khalayak umum (Oktavianus, 2015). Film adalah sebuah media audio visual yang menampilkan kombinasi antara kata-kata, bunyi, citra serta hal lainnya, maka dari itu film juga termasuk dalam komunikasi massa elektronik. Selain itu, film menurut Prof.Effendy merupakan sebuah medium komunikasi massa yang bukan hanya untuk hiburan namun juga untuk pendidikan dan penerangan dimana film memiliki dampak terhadap penonton (Oktavianus, 2015). Â
Film memiliki kekuatan persuasi yang besar. Dengan adanya kritik publik dan lembaga sensor juga membuatnya menjadi sangat berpengaruh. Selain itu dengan film yang merupakan bentuk dari komunikasi massa berarti ada pesan atau makna yang dengan sengaja dibuat dan disebarkan kepada khalayak. Pesan yang sengaja dibuat dan disebarkan kepada publik dan dengan kekuatan persuasi yang dimiliki film membuatnya semakin kuat. Hal ini membuat pengaruh film dalam kehidupan masyarakat terlihat semakin besar.
Tingkat persuasi yang dimiliki film membantu penyampaian pesan sebuah film. Namun disisi lain, hal tersebut dapat menjadi sebuah permasalahan. Film sebagai media massa mengartikan adanya penyebaran nilai yang meluas. Pesan yang disampaikan sebuah film tentunya ditonton oleh banyak khalayak dan mungkin setelah itu menghasilkan pandangan yang berbeda ataupun kesalahan pemaknaan.Â
Tanda atau pesan yang disampaikan oleh sebuah film tentunya dapat disalahartikan oleh sebagian orang. Apalagi jika film yang ditonton memiliki jalan cerita yang cukup rumit. Hal itu menjadi pergumulan film sebagai media massa.Â
TeoriÂ
Setiap film memiliki tanda dan makna yang terkandung di dalamnya. Dalam melihat makna sebuah tanda yang disampaikan oleh film terkadang terjadi kekeliruan. Makna yang ingin disampaikan oleh film terkadang berbeda dengan apa yang ditangkap oleh penonton. Maka dari itu disini semiotika dapat membatu khalayak melihat makna dari tanda yang ada di dalam film.
Semiotika merupakan sebuah ilmu tentang tanda (Pradopo, 1999). Semiotika dapat membantu seseorang dalam menganalisis tanda dalam film untuk melihat makna pesan. Film yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat atau khalayak yang menonton. Maka dari itu pesan atau tanda-tanda dalam sebuah film perlu dianalisis menggunakan teori semiotika agar makna film lebih tersampaikan.
Salah satu tokoh yang mengkaji tentang semiotika yaitu Ferdinand de Saussure. Model semiotika yang digunakan oleh Ferdinand yaitu signifier atau penanda dan signified atau petanda.  Signifer atau penanda merupakan bentuk formal dari sebuah tanda yang berupa satuan bunyi maupun huruf  dalam bahasa, sedangkan signified atau petanda merupakan sesuatu yang ditandai oleh penandanya (Pradopo, 1999). Jelasnya yaitu penanda merupakan sebuah objek yang memiliki fisik dan dapat dilihat secara langsung. Penanda dalam film dipakai untuk menemukan tanda seperti bunyi, visual dan gerak dengan indera. Sedangkan petanda merupakan suatu yang digunakan untuk menemukan makna dari dari apa yang kita tangkap.Â
MetodologiÂ
Metodologi yang digunakan yaitu analisis teks. Metode ini dilakukan dengan menganalisis teks yang ada dalam film. Dalam menganalisis data, saya mencoba untuk mengkaji teks yang ditampilkan dalam film. Isi dan makna menjadi fokus utama yang akan dianalisis. Menurut Lockyer, teks tidak hanya dalam bentuk narasi tertulis seperti yang bisa ditemukan dalam koran, majalah, acara televisi, dan naskah pidato melainkan dapat ditemukan juga pada arsitektur, model pakaian, perabot rumah tangga dan perkantoran, serta lainnya (Rahardjo, 2010). Segala sesuatu bisa diartikan sebagai sebuah teks.
Dalam analisis ini, saya akan menganalisis makna dari isi yang ada dalam film dengan menggunakan analisis teks. Analisis yang dilakukan juga akan berpegang pada teori semiotika.Â
PembahasanÂ
Film yang akan menjadi objek analisis pada saat ini yaitu film yang berasal dari Thailand berjudul Bad Genius. Film Bad Genius dirilis pada tahun 2017 dan pada 2020 kembali lagi dalam versi web series. Dalam laman berita kumparan.com, dikatakan bahwa film ini terinspirasi dari kisah nyata sekelompok siswa SMA yang melakukan kecurangan saat ujian Scholastic Aptitude Test (SAT).
Dilansir dari laman berita cnnindonesia.com, film bad genius yang Perbedaan yang ada antara film Bad Genius 2017 dengan Bad Genius The Series 2020 yaitu dari panjangnya alur cerita serta hubungan para karakter yang lebih dalam. Namun jika meihatnya menggunakan teori semiotika maka terlihat ada perbedaan terhadap detai yang berbeda dari keduanya.
Film Bad Genius (2017)
1. Scene ini menggambarkan mereka yang sedang merencanakan kecurangan dalam ujian. Diperjelas dengan subtittle yang mengatakan "ingat-ingat pergerakan jariku" dan "untuk melambangkan A,B,C, dan D". Â
2. Scene selanjutnya menggambarkan tangan yang sudah bersiap-siap membagikan jawaban. Kode tersebut berasal dari rencana mereka sebelumnya. Â
3. Scene ini menggambarkan dimana adanya kekuasaan orang kaya yang ingin membayar temannya untuk membantunya pada saat ujian.
4. Scene ini juga masih menggambarkan tentang adanya kekuasaan orang kaya. Disini terlihat bagaimana cara mereka menyelesaikan sesuatu dengan mengandalkan uang. Namun pada gambar diatas itu terlihat keterlibatan orang tua.Â
5. Scene ini mengambarkan cara mereka melakukan kecurangan saat test berskala Internasional.
6. Scene ini menggambarkan siswa yang sedang diintrogasi petugas test setelah didapati hal yang mencurigakan pada jam istirahat test.Â
Bad Genius The Series (2020)
Dalam versi web series tidak dapat diberikan contoh cuplikan foto karena terdapat keamanan sistem yang melarangnya. Untuk keseluruhan cerita sama, hanya dalam versi web series lebih menampilkan detail-detail dari bagaimana hubungan lebih jauh tiap karakter, bagaimana pengemasan trik kecurangan yang lebih beresiko, adanya konflik percintaan dan konflik persahabatan yang ditunjukkan. Beberapa detail diantaranya yaitu :
1. Perhatian anak kepada orang tuanya. Salah satu scene yang menunjukkan gambaran ini terdapat pada episode 1 menit ke 26.33 . Â "Aku mengatakan semua ini karena aku mengkhawatirkan Ayah". Jika pada film yang dirilis pada 2017 itu lebih menggambarkan kasih sayang orang tua kepada anaknya, disini terlihat bahwa adanya perhatian yang lebih ditonjolkan oleh anak untuk orang tuanya.Â
2. Keadaan serba salah siswa terhadap guru menjadi hal yang baru ditemui. Ada adegan yang memperlihatkan guru bersama anaknya sedang membawa barang dengan ekspresi sedih dan kecewa pada episode 1 menit ke 49.06. Dalam scene tersebut menggambarkan permulaan rasa bersalah siswa atas apa yang dilakukannya terhadap guru.
Beberapa hal yang lebih detail lainnya dapat ditemukan dalam setiap episode. Bisa dikatakan bahwa ini bukan merupakan perbedaan yag ada antara versi film dengan web series. Versi web series hanya mencoba menginterpretasikan film secara luas, detail dan lebih menarik lagi.Â
Film ini secara garis besar menceritakan bagaimana kecurangan tidak dapat terus menerus dilakukan karena pasti akan ada akibatnya. Dengan menambahkan bumbu-bumbu seperti keluarga, pertemanan, percintaan, perbedaan kasta dan juga kekuasaan membuat film serta series ini semakin menarik. Perbedaan pengemasan alur cerita dengan rentan waktu yang berbeda menarik khalayak. Selain itu makna disampaikan dengan tanda-tanda yang cukup menarik dan diluar ekspetasi. Saya harap melalui film ini khalayak dapat mengambil pesan atau makna positif yang ada.Â
Daftar Pustaka
Oktavianus, H. (2015). Penerimaan penonton terhadap praktek eksorsis di dalam film conjuring, vol.3, no.2.
https://media.neliti.com/media/publications/79600-ID-none.pdf
Pradopo. R.D. (1999). Semiotika: teori, metode, dan penerapannya dalam pemaknaan sastra, vol.11, no.1. Jurnal Humaniora
https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/628/414
Rogi, B.A. (2015). Peranan komunikasi keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja di kelurahan tataaran 1 kecamatan tondano selatan, vol.IV, no.4. e-journal Acta Diurna.
https://media.neliti.com/media/publications/91675-ID-peranan-komunikasi-keluarga-dalam-menang.pdfÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H