Mohon tunggu...
Britney Lauren
Britney Lauren Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Renang

Selanjutnya

Tutup

KKN

Upaya Mahasiswa KKN UNTAG SBY dari Kelompok R03 Sub Kelompok 5, dalam mengembangkan Inovasi Baru untuk Mengatasi Limbah Kulit Pisang di Desa Kalikatir

19 Juli 2024   00:08 Diperbarui: 19 Juli 2024   06:31 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kalikatir, Kecamatan Gondang,Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur yang terletak di lereng gunung dengan pemandangan alam yang memukau, dengan penduduk yang masih memegang teguh semua peninggalan para leluhurnya, mulai dari kebudayaan,tingkah laku dan kesehariannya. Kini sedang menjadi pusat perhatian berkat inovasi terbaru dalam pemanfaatan limbah pertanian yaitu Kulit pisang, yang selama ini dianggap sebagai limbah dan tidak memiliki nilai jual, kini diubah menjadi bubuk minuman antioksidan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Inovasi ini dikembangkan oleh kelompok KKN R.03 Sub kelompok 5 KKN Untag Surabaya dengan dukungan dari masyarakat setempat, yang telah melakukan penelitian intensif dan eksperimen di desa ini.

Ketika tiba di Desa Kalikatir, suasana desa yang tenang dan asri langsung menyambut, Petani sibuk dengan aktivitas sehari-hari mereka, sementara itu, Kelompok Mahasiswa KKN Untag Surabaya berdiskusi mengenai permasalahan pengolahan pisang yang biasanya hanya dibuat menjadi keripik pisang saja, sehingga dari permasalahan tersebut Mahasiswa KKN Sub Kelompok 5 Reguler 03 Untag Surabaya menemukan solusi sekaligus inovasi dengan menjadikan kulit pisang memiliki nilai ekonomis.

"Kami melihat potensi besar dari kulit pisang yang selama ini tidak dimanfaatkan dengan optimal. Padahal, kulit pisang mengandung banyak nutrisi dan antioksidan yang baik untuk kesehatan," ujar Sunarti, salah satu anggota Sub Kelompok 5 KKN Untag Surabaya. Ia menjelaskan bahwa ide ini muncul setelah melihat banyaknya kulit pisang yang hanya dibuang begitu saja atau dijadikan pakan ternak.

Proses pembuatan bubuk minuman antioksidan ini ternyata cukup sederhana namun membutuhkan ketelitian. Pertama-tama, kulit pisang dikumpulkan dari para petani yang telah membersihkannya dari sisa-sisa bahan kimia. Kemudian, kulit pisang tersebut dipotong kecil-kecil dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering sempurna. Setelah itu, kulit pisang yang telah kering disangrai terlebih dahulu, lalu digiling hingga menjadi bubuk halus, kemudian bubuk ini disaring untuk memastikan teksturnya benar-benar halus dan siap diolah lebih lanjut.

"Kami juga melakukan beberapa percobaan untuk memastikan bahwa bubuk minuman ini aman dikonsumsi dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi," tambah Mahilda, rekan Sunarti yang juga terlibat dalam program kerja ini.

Selain itu, sub kelompok 5 KKN Untag Surabaya juga melibatkan masyarakat setempat dalam setiap tahap pengembangan produk ini. Mereka memberikan pelatihan kepada para Mitra Petani tentang cara mengolah kulit pisang menjadi bubuk minuman. Ini memiliki tujuan agar setelah masa KKN selesai, masyarakat setempat dapat melanjutkan produksi secara mandiri dan terus mengembangkan produk ini.

"Awalnya, kami ragu apakah produk ini akan diterima oleh pasar. Namun, setelah melakukan beberapa uji coba dan memberikan sampel kepada masyarakat setempat, responsnya sangat positif,"kata Britney dengan penuh semangat. Menurutnya, banyak yang terkejut dengan cita rasa bubuk minuman ini yang enak dan manfaat kesehatannya.

Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah Kecamatan Gondang. Kepala desa Kalikatir, Bapak Sumaji, mengaku bangga dengan inovasi yang dilakukan oleh warganya bersama mahasiswa KKN. "Kami selalu mendukung kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan pendapatan petani," ujarnya saat ditemui di kantor desa.

Pengembangan bubuk minuman antioksidan dari kulit pisang ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi yang positif, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan lingkungan. Para petani kini memiliki alternatif sumber pendapatan dan limbah kulit pisang yang sebelumnya hanya dibuang kini memiliki nilai tambah. Ini merupakan contoh nyata bagaimana kreativitas dan inovasi dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

Salah satu petani, Pak Makin, mengaku sangat terbantu dengan adanya inovasi ini. "Dulu, kulit pisang hanya kami buang atau berikan ke ternak. Sekarang, kami bisa menjualnya dan mendapatkan tambahan penghasilan," ujarnya dengan senyum lebar. Pak Makin berharap agar produksi bubuk minuman ini bisa terus berkembang dan membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat desa.

Sub kelompok 5 Reguler 03 KKN Untag Surabaya juga merasa sangat bangga bisa berkontribusi dalam pengembangan produk ini. "Kami senang bisa membantu masyarakat dan melihat hasil kerja keras kami memberikan dampak positif," kata Sunarti menutup wawancara. Mereka berharap inovasi ini bisa terus berkembang dan membawa manfaat yang lebih besar lagi di masa depan.

Desa Kalikatir kini tidak hanya akan dikenal sebagai penghasil pisang, tetapi juga sebagai desa yang inovatif dan mampu mengolah limbah menjadi produk bernilai tinggi. Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia untuk terus berinovasi dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan bijak. Dengan demikian, diharapkan kesejahteraan masyarakat desa Kalikatir bisa meningkat dan lingkungannya tetap terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun