Mohon tunggu...
Brina👸
Brina👸 Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Just a girl

Menulislah sebab kegelisahan yang kamu rasa. Sebab tidak semua orang mampu mengerti ucapanmu.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perempuan Setan

20 Desember 2018   06:33 Diperbarui: 20 Desember 2018   06:45 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pernah begitu sakit di permalukan di depan umum oleh seseorang yang sangat dekat denganku kala itu. Seorang ibu yang berusia lebih dari setengah abad.

Ceritanya :


 Saat itu, aku dekat dengan seorang lelaki. Anak dari teman ibuku. Kami dekat bukan karena sebuah hubungan khusus. Tapi lebih sebagai adik kakak ketemu gede.

 Banyak kecocokan antara kami. Kami sama-sama menyukai seni, senang bermain gitar, dan masih banyak lagi kesamaan lainnya.

 Temanku itu senang curhat denganku. Begitupun sebaliknya. Aku juga senang curhat dengannya. Ya, hanya membicarakan seputar sekolah.

 Lambat laun kita semakin dekat. Semakin sering bersama dalam koridor yang aman. Tetap membatasi diri satu sama lain.

 Suatu hari aku sedang sibuk dengan kegiatanku. Dia datang dengan tanpa sepengtahuanku. Dia datang ke tempat kegiatan aku. Suasananya sungguh ramai.

 Aku tidak sadar kalau dia memperhatikan aku saat dia datang ke tempat itu. Matanya selalu tertuju padaku. Tapi nyatanya dia terus melakukan itu saat berkali-kali dia terpergok sedang memperhatikanku.

 Setelah kegiatan selesai. Ia mendekatiku tanpa ragu. Ia bertanya perihal pelajaran kala itu. Ya dengan spontan aku mejawabnya. Dia punya kesulitan yang menurutnya aku bisa membantunya.

 Saat aku asyik berbincang dengannya di depan adik-adik. Tiba-tiba seorang perempuan yang usianya lebih dari setengah abad, datang tanpa permisi.

 Perempuan itu datang dengan wajah murka. Tangannya menunjuk-nunjuk wajahku. Dengan lantang ia berkata kasar padaku. Betapa hinanya aku saat itu.

 Boleh saja dia mengingatkanku perihal kesalahanku saat itu. Tapi coba lihat orang di sekitar, aku benar-benar merasa di permalukan oleh perempuan tua itu.

 Aku tidak lagi berkutik. Aku menyuruh teman lelakiku untuk segera pulang. Lalu aku pergi ke kamar. Aku merenungi apa yang telah terjadi.

 Aku merasa sendirian kala itu. Aku terkucilkan. Aku putus asa. Aku bingung kepada siapa aku harus bercerita. Sungguh menyakitkan.

 Aku berusaha meredam segala emosi dalam jiwa. Aku menahan rasa inginku membentak perempuan tua itu. Aku yakin, suatu saat akan terjadi sesuatu padanya. Bumi selalu berputar.

 Singkat cerita, aku mengakhiri semuanya. Aku memilih untuk pergi sejauh-jauhnya. Aku benar-benar pergi. Aku sudah memaafkannya. Tapi aku tidak pernah lupa terhadap cara perempuan itu menyakitiku.

 Kau tidak bisa menghakimi kesalahan orang lain. Suatu saat kau pasti mengalami hal yang sama. Entah anakmu, atau siapa saja.

 Camkan!! Kau harus tahu diri. Ingatkan dengan cara yang baik. Kau pun manusia. Dan manuisa tentu memiliki kesalahan. Sebaik-baiknya yang salah adalah orang yang mau bertaubat.

 Jika kau tidak bisa mengendalikan emosi. Kau akan ditertawakan banyak orang. Lalu, orang akan tahu, BETAPA KAU LEBIH HINA DARI ORANG YANG KAU HINA !

 Selamat pagi~

sumber gambar : pixabay.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun